KUNINGAN (MASS) – Kalimat tersebut hari ini digemakan oleh banyak orang, hampir di seluruh penjuru Indonesia untuk memperingati hari pendidikan.
Pendidikan tidak sampai di depan lidah saja, tidak sampai pada flyer saja, melainkan pendidikan harus sampai menjadikan seseorang menjadi hebat, berbakat, dan berguna bagi masyarakat.
Pendidikan bukan hanya masalah gedung bertingkat, kurikulum yang hebat, aturan yang ketat, tetapi lebih jauh dari pada itu. Pendidikan adalah bagaimana orang tersebut mendidik dan mengajar murid supaya menjadi orang yang hebat.
Hebat dalam berbagai definisi, hebat sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Mereka yang menjadi pendidik memiliki tanggung jawab untuk mendidik bukan mencekik, menuntun bukan menuntut.
Pendidikan bukan sekedar transfer of knowledge. Jika definisi pendidikan hanya sebatas itu, kita bisa mencarinya di berbagai sumber, salah satunya internet.
Internet dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan apapun yang kita butuhkan. Apapun yang dicari, akan sangat mudah ditemukan di sana.
Lebih dari itu, pendidikan bukan sekedar transfer of knowledge, tetapi transfer of character. Pembentukan karakter ini tidak akan mereka dapatkan hanya dengan transfer pengetahuan melalui internet.
Transfer of character ini menjadikan para pendidik dituntut paling tidak bisa membentuk karakter yang rajin, hormat kepada guru, sopan santun, dan lain sebagainya.
Karena dengan begitu, kita akan lebih mudah mendapatkan ilmu atau pengetahuan, dan itulah yang dibutuhkan saat ini.
Ilmu yang didapat bukan hanya karena kita yang mencari, melainkan Allah yang memberi melalui wasilah para guru.
Karena kita bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat disebabkan ridho dari guru kepada muridnya.
Banyak kisah yang beredar, tentang seorang santri yang pada saat di pesantren dia jarang mengaji tetapi mengerjakan hal-hal lain yang diperintahkan oleh gurunya, tetapi ilmu dan pengetahuan santri tersebut bisa melebihi teman-temannya yang lain yang sering mengaji.
Itu adalah salah satu bukti bahwa ketaatan dan kepatuhan seorang murid kepada gurunya, bisa mengantarkan ia kepada ridho dari gurunya dan bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan.
Indonesia tidak kekurangan orang pintar, sekolah dengan pendidikan tinggi setiap tahun meluluskan murid-muridnya dengan harapan dapat memanfaatkan ilmu yang didapat, bagi bangsa dan negara.
Tetapi bisa kita saksikan, kondisi negara kita saat ini tidak stabil. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan menuju masyarakat adil dan makmur.
Karakter moral dan karakter kinerja harus seimbang. Tentu saja kita tidak menginginkan orang pintar tapi suka berbohong. Dunia pendidikan berbeda dengan dunia politik. Seorang guru pernah berkata:
“Dalam berpolitik, tidak boleh salah, tapi boleh bohong. Sedangkan dalam dunia pendidikan, boleh salah tapi tidak boleh berbohong.” Karakter jujur, rendah hati, bertaqwa dll harus diimbangi dengan ketekukan, kerja keras, dll.
Penting untuk memperkenalkan kepada seluruh masyarakat, kepada murid-murid, tentang tokoh-tokoh yang memperjuangkan pendidikan sebagai teladan dalam menjalankan proses pendidikan, karena itu akan menjadi referensi untuk pembelajaran.
Jika disebutkan Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi seluruh umat, kita harus mengenal beliau lebih dalam untuk bisa menceritakannya kepada anak-anak / masyarakat. Insya Allah akan lahir manusia-manusia sebagai pemimpin yang adil serta perkataan dan perbuatannya diikuti oleh orang-orang secara sukarela.
Wallaualambisshawab.
Fahmi Alamsyah S Sos
Sekretaris bidang HAL DPW GEMA Jawa Barat