KUNINGAN (MASS) – Saat ini, masih musim penghujan. Hampir setiap harinya, hujan turus, entah itu kecil, besar, hanya sebentar, bahkan bisa seharian. Meski begitu, aktifitas di luar ruangan harus tetap berjalan.
Bagi pengendara roda dua, biasanya diakali dengan menggunakan jas hujan. Jas hujan yang dipakai pun beragam, dari modelnya hingga bahannya.
Pada kuninganmass.com, salah satu pengelola toko yang menjual jas hujan Imanudin mengaku kini penjualan jas hujan sudah pada angka normal kembali.
Meski hujan lebat masih sering mengguyur Kuningan, penjualan jas hujan tidak terlalu signifikan.
“Ya Januari Februari agak menurun, karena mungkin udah pada punya ya. Tapi awal-awal musim hujan itu, pas Oktober sampe Desember itu, meningkat pesat,” sebutnya saat diwawancarai Senin (9/2/2021) siang.
Dalam sehari, di saat ‘normal kembali’ seperti ini penjualan jas hujan bisa 3 sampai 7 saja.
Kebanyakan pembeli jas hujan, menurut Imanudin memilih jas hujan yang berbentuk setelan. Jas hujan jubbah, atau ponco, dianggap lebih ribet dan beresiko tersangkut gerigi.
“Kebanyakan yang setelan. Kalo jubbah biasanya yang bawa barang, bawa orang. Tapi ya, sekarang ojol aja belinya pada yang setelan,” imbuhnya.
Adapaun jas hujan sendiri, dijual sesuai model, kualitas dan bahan. Ada yang hanya dijual 10 ribu untuk sekali pakai.
Harga 40 sampai 70 ribu untuk yang standar. Lalu diatas 100 ribu, biasanya sudah dianggap bagus. Apalagi kalo sudah sampai 350 ribu.
“Sebenarnya ya ada juga yang sampe 700 ribu. Tapi kita nggak sediain, karena kan pangsa pasar kita ya di Kuningan belum sebesar kota besar lah ya,” tambahnya.
Lelaki asal Cikijing itu menjamin, biasanya menjelaskan sesuai keadaan jas nya. Kalo bagus dibilang bagus, kurang bagus ya dibilang kurang bagus.
Bahannya juga berbeda-beda, ada yang memang plastic, karet, parasut, hingga taslan yang dilapisi anti air di dalamnya. (eki)