KUNINGAN (MASS)- Pasca kejadian yang menggerkan di Blok C Perum Korpri Cigintung Kecamatan Kuningan, akhirnya Aely bercerita hal baru kepada Yoga teman karibnya.
Ia mengaku, pasca 2 hari setelah kejadian dikerjai hantu kakek-kakek, kedatangan seorang laki-laki. Dan Pria itu mengaku dari Perum Cigintung.
“Datang ke rumah Aely dan langsung mengajak untuk nyupang (pesugihan),” ujar Aely kepada Yoga.
Pria yang sudah bapak-bapak itu menyebutkan, kejadian Aely dikerjai hantu merupakan hari yang baik untuk memulai pesugihan.
“Aely tidak menggubris dan Bapak-bapak menyebutkan, kalau berminat tinggal datang ke Perum Cigintung,” jelas Yoga menirukan ucapan Aely.
Yoga yang pada saat kejadian Aely dikerjai hantu melihat langsung motor matik Aely tengah berputar-putar di Blok C menyebutkan, fakta baru bahwa ternyata si kakek itu duduknya melayang di jok motor.
Kakek itu menggunakan ikat kepala dan juga membawa tongkat. Dari hasil komunikasi yang ditangkap Aely, kakek itu menyebutkan tengah menengok cucunya di Cigintung.
Kakek itu menggunakan ikat kepala dan juga membawa tongkat. Dari hasil komunikasi yang ditangkap Aely, kakek itu menyebutkan tengah menengok cucunya di Cigintung.
“Perasaan Aely mah seperti di jalan lurus ketika membonceng kakek tersebut,” jelas Yoga lagi.
Terkait motor lanjut Yoga tidak mengalami keruksakan, motor pun ketika diambil dari dasar sungai dekat makam digotong dan harus keluar dari RT 1 Keluharan Cigintung.
“Kalau jalannya ke yang setapak tidak mungkin, maka dicari jalan yang dekat,” jelasnya.
Pasca kejadian itu banyak warga Perum Cigintung percaya hantu yang bergentayangan itu akibat terusir dari proyek baru yang ada di dekat perum Cigintung.
“Mungkin terusir dari proyek pembangunan yang baru, sehingga datang ke sini,” ujar Aceng Johari dengan wajah serius.
Terpisah,H Usman warga Perum Cigintung mengaku, di sekitar hutan Cigintung ada batu angker. Ia pernah tersesat ketika masuk ke hutan tersebut.
Sementara itu, dari kabar yang kuninganmass.com terima, awalnya kompleks Perum Cigintung adalah hutan lebat dan dulunya tempat pembataian kaum penjajah.
Sehingga tidak aneh ketika banyak “jurig” noni dan menir berkeliaran. Namun, hingga saat ini tidak mengganggu warga. (agus)