KUNINGAN (MASS) – Namanya Casim, kulit keriput yang membungkus tulang dan terlihat kurus itu, mungkin usiamya sudah 70 tahunan.
Garis wajah, dan postur tubuh memang tak bisa berbohong. Tapi satu hal, semangatnya usaha dan bekerja, tak perlu diragukan lagi.
Casim adalah seorang pedagang nasi goreng di depan Gang Carikil, Bubulak Winduhaji Kuningan.
Biasanya, selepas maghrib Casim mulai menjajakan nasi goreng ataupun kwetiew dan olahan makanan lainnya, hingga lepas tengah malam.
Pada kuninganmass.com, Casim mengaku biasa beres berdagang sekitar pukul 2 atau pukul 3.
Sudah berumur, tapi masih kuat bergadang dan menahan dinginnya angin malam pinggir jalan. Mungkin memang benar, tua bukan soal usia.
“Sateuacan Corona mah, sehari abis sampe 40 porsi mah,” jawabnya dengan bahasa Sunda saat ditanyai Minggu (24/10/2020) sekitar jam setengah 12 malam.
Abah Casim, atau kadang dipanggil babeh ini juga memiliki profesi sampingan sebagai penjaga dan membersihkan kostan di sekitar sana.
Itu juga, mungkin salah satu sebab Casim tak pernah jauh menjajakan dagangannya.
“Ayeunamah (corona, red) paling 20 sampe 25 porsi. Tapi kamari sampe 30 pernah,” ujarnya bercerita.
Abah Casim memang orang yang cukup ramah. Meski bukan orang Winduhaji asli, tapi sudah 9 tahun terakhir memang berdagang dan menetap disana.
“Tos 9 tahun di Winduhaji, kapungkur mah pernah dagang di Wijaya 2 tahun. Lami di Jakarta oge dagang, aya 20 tahunan. Terus pas teu tyasa dagang di Jakarta deui, nya ka lembur. Tapi di lembur mah kan jauh pisan, hese. Jadi aya putra nu nikah ka orang Awirarangan, naros we aya tempat henteu di dieu,” ceritanya panjang lebar kenapa bisa berdagang disana.
Obrolan ngalor-ngidul menemani malam kami dengan Abah Casim. Obrolan tak karuan untuk menambah kehangatan, berlindung dari dinginnya angin malam.
Sembari mempersiapkan beberapa nasi goreng untuk pelanggan lain, Abah Casim tetap bisa diajak ngobrol. Malam itu, kuninganmass.com juga memesan kwetiew dengan tambahan nasi.
Tak terasa, mungkin setengah jam lebih dihabiskan untuk mengobrol kesana-kemari.
Kadang soal kost-kostan, keadaan malam di lingkungan, dan sesekali membahas cuaca setelah hujan deras, yang dinginnya menusuk tulang. (eki)