KUNINGAN (MASS)- Bupati Kuningan H Acep Purnama memberikan sambutannya dalam acara Upacara Adat Seren Taun di Ruang Jinem Gedung Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur, Selasa (11/08/2020).
Acara tersebut juga dihadiri oleh keluarga besar Paseban Tri Panca Tunggal, Anom selaku Pupuhu, Ibu Ratu Sepuh beserta Putranya.
Selain kitu Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Para Tokoh Agama, ketua organisasi-organisasi keagamaan, KH Aam Amirudin selaku Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama.
Ada juga Kadis Disdikbud Uca Somantri, Perwakilan Disporapar, Camat Didin Bahrudin, serta forum koordinasi bidang Kecamatan.
Acara peringatan kegiatan Seren Taun merupakan tradisi yang sudah berlangsung cukup lama. Seren taun ini adalah sebuah ungkapan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa pada kita.
Acara seren taun kali ini digelar dengan sederhana sesuai dengan protokol kesehatan, dengan tema “Jejeg Panceg Nangtung Mandiri Dina Wanda Sorangan“.
Tema ini memiliki arti untuk senantiasa berkomitmen terhadap penegakan ciri kepribadian Bangsa Indonesia, tetap berkomitmen menjadi warga negara Indonesia dengan landasan Pancasila dan 4 pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka tunggal ika.
“Saya menyambut baik atas terselenggaranya kegiatan seren taun yang merupakan tradisi yang sudah berlnagsung cukup lama. Terima kasih atas undangannya kepada kami. Saya bersyukur atas tuntutnan Tuhan, saya bsia hadir. Bahkan, semu ateman kita smeu ahadir di sisni,” jelasnya.
Bupati juga berterima kasih menerima undangan walaupun di tengah pandemi corona. Ia menghormat niat semua masih bisa menyelnggerakan seren taun.
“Sederhana, bukan karena apa-apa, tapi karena kita patuh dan taat terhadap instruksi pemerintah,” jelasnya.
Apa pun kegiatannya. Pertama, menerapkan protokol kesehatan. Termasuk peringatan 17 agustus. Di lingkungan masing-masing, lalu mendengarkan pidato kenegaraan bapak presiden secara virtual.
“Terima kasih rama anom, yang telah melaksanakan kegiatan seren taun secara rutin. Terlebih lagi rangkaian malam hari ini yaitu doa bersama,” tambahnya.
Dengan doa bersmaa ini menunjukkan bahwa semua bisa bertoleransi. Tidak ada negara yang megatakan agama itu salah atua kepercayaan itu salah.
DIterangkan, Sebagai umat-Nya, baik muslim, kristiani, katolik, buddha, hindu, termasuk komunitas paguyuban akur sunda wiwitan, bagiNYA yang terpenting, mari kita laksanakan syareat-syareat.
“Saya mohon maaf bila ada tafsir, tanggapan yang salah. Sebagai bupati saya ingin melaksanakan keadilan seadil-adilnya. Sebagai manusia biasa yang perlu mendapatkan bimbingan dengan tidak menyalahkan lebih dahulu, insya Allah segalanya terselesaikan dengan baik,”ujarnya.
Paseban masih bisa menyelenggarakan serentaun yang merupakan kekayaan budaya, tradisi yang harus dipertahankan.
Sebagai pribadi maupn kepala daerah tidak ada niat untuk mendiskreditkan. Pihaknya ingin ngamumule.
Berpuluh kali ia hadir di sini. Itu adalah pengakuan dari pemda. Mohon maaf bila ada tafsir dan pandangan yang salah kepada dirinya sebagai kepala daerah.
“Demi Allah, tidak ada niatan untuk mendiskreditkan siapa pun juga, termasuk paseban tri panca tungga,” ujanrya.
Hanya saja, sebagai bagian dari negara, pihaknya pun punya tata dan aturan yang harus dilaksanakan. Komunikasi menjadi kunci utama dalam kehidupan untuk mencapai solusi.
Acara dilanjutkan doa lintas iman. Adapun doa dari Muslim disampaikan oleh KH Aam Aminudin, soa dari Katolik, Rama Catur danDoa dari Kristen, Pendeta Yanto. (agus)