KUNINGAN (MASS) – PSBB yang sudah diberlakukan berjilid-jilid bah sinetron itu ibarat pertarungan sengit antara bidang kesehatan dan sektor ekonomi.
Karena tidak dapat dipungkiri PSBB yang diterapkan dan terus di perpanjang telah melumpuhkan kegiatan ekonomi yang cukup drastis.
Hal tersebut yang juga menjadi buah simalakama bagi pemerintah saat ini, hingga akhirnya pemerintah membuat kebijakan The New Normal yang sebelumnya telah disampaikan dengan prolog diksi ‘berdamai dengan Covid-19’.
Skenario The New Normal telah diberlakukan dengan tahapan sebagai berikut:
25 Mei Penerbitan protokol The New Normal, karyawan berusia di bawah 45 tahun kembali masuk kantor. Pengoperasian terbatas bagi sektor industri dan jasa melalui pengaturan jam masuk dan pengurangan jumlah karyawan.
1 Juni Sektor jasa retail, seperti mal, toko, dan restoran, kembali beroperasi dengan batasan jumlah pengunjung dan jam buka. Masyarakat boleh kembali berkumpul di luar ruangan dengan batas jarak dua meter dan kapasitas maksimum 20 orang.
8 Juni Tempat wisata sudah dapat dibuka dengan tiket online dan pembatasan kontak fisik. Perguruan Tinggi dan pusat layanan pun akan kembali dibuka.
29 Juni Seluruh kegiatan ekonomi mulai dibuka dengan protokol kesehatan superketat. Tempat ibadah juga akan kembali dibuka. Area outdoor dapat dimanfaatkan untuk berkumpul. Perjalanan dinas pun akan diterapkan kembali sesuai dengan prioritas dan urgensi.
13 dan 20 Juli Evaluasi pembukaan kegiatan seluruh sektor menuju skala normal.
Kebijakan The New Normal menuai pro dan kontra. Menurut pengamatan penulis pro-kontra itu muncul bukan karena sebuah kebijakan yang dikeluarkan, namun karena kegagapan pemerintah dalam menangani situasi dan kondisi pendemi saat ini.
Sehingga skenario The New Normal yang telah disusun sedemikian rupa malah diartikan oleh sebagain masyarakat sebagai ekspresi ‘menyerah’ dari pemerintah dalam menangani pendemi Covid-19.
Terlepas dari pro-kontra kebijakan New Normal, tentu kita semua baik yang pro ataupun yang kontra sangat menginginkan kehidupan yang ‘normal beneran’ dari pada sekedar New Normal.
Dan sudah barang tentu dalam mewujudkan cita-cita bersama itu perlu kerjasama cerdas antara pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah harus jeli, bekerja dengan data, tegas, serta konsisten. Pemerintah juga harus adaptif, mendengarkan para pakar serta aspirasi masyarakat dalam mengeluarkan kebijakan agar terjadi win win solution. Bukan hanya mendengar aspirasi sebagian orang yang punya kepentingan, sehingga ribuan nyawa menjadi tumbal.
Begitupun dengan masyarakat harus lebih berdisiplin, dan terus laksanakan setiap protokol kesehatan. Apalagi di masa-masa berlakunya New Normal.
Dan yang terakhir adalah kita semua harus senantiasa berdoa kepada Allah SWT. dengan penuh kekhusyuan dan ketawadhuan.
Mungkin saja doa kita selama ini ternyata masih lalai, belum sepenuhnya menghadirkan ke-Maha Besaran Allah. Atau doa-doa qunut nazilah kita selama ini hanya sebatas di bibir, belum sampai kepada hati dan air mata belum membasahi pipi.
Semoga wabah ini segera berakhir dari bumi dan khususnya dari negeri yang kita cintai ini. Aamiin Allohumma Aamiin.***
Penulis : Ade Zezen