MANDIRANCAN (MASS) – Namanya adalah Maya Rumiati, mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris ini mulai serius menggeluti kopi terutama setelah mengikuti program KKN kampusnya di Desa Seda Kecamatan Mandirancan. Bersama rekan-rekannya, ketika KKN pada tahun sebelumnya melakukan research dan pengabdian. Setelah beberapa potensi terpetakan, dipilihlah kopi sebagai contoh pengembangan kelompoknya bersama masyarakat.
“Karena apa ya, mereka jual kopi tuh murah banget. Apalagi kalo dibelinya sama bandar kan ya, murah banget,” ujarnya saat menceritakan awal mulanya melek serius tentang pertanian kopi masyarakat, Jumat (21/2/2020) sore.
Dirinya menceritakan kondisi petani kopi di desa yang dijadikan tempat KKN-nya tersebut belum mengetahui nilai optimal dari kopi. Para petani kebanyakan masih menggarapnya secara tradisional dan sederhana.
“Waktu itu, bahkan belum sampe pemilahan kopi cheri (kopi tua berwarna merah, red), dan kopi biasa (kopi tua berwarna hijau, red). Semuanya diambil dan dijual seadanya seperti itu,” lanjutnya.
Padahal, menurut pengetahuan yang didapatnya dari pasarannya, dengan pemilahan kopi seperti itu saja, nilai kopi bisa meningkat hingga dua kali lipatnya dari harga biasa. Karena pemilahan tersebut, merupakan bentuk strata kualitas dari kopi yang ditanam.
“Makanya sekarang para petani juga sedang terus meningkatkan kualitas kopi. Karena memang kita juga dorong kesana,” imbuhnya.
Meski begitu, pada sat dirinya KKN sempat berkolaborasi dengan masayarakat dengan cara membuatkan packaging dan brending kopi untuk dipasarkan lebih luas. Brending tersebut dinamai KOAS, Kopi Asli Seda.
“Kita coba pasarkan juga secara online, isinya kan sekitar 200 gram aja, kopi rostingan,” terang perempuan yang kini tinggal di Jl Juanda tersebut.
Sampai saat ini, dirinya dan rekan masih berkomunikasi dengan baik dengan pemerintahan desa dan masyarakat Desa Seda. Menurutnya, setelah mengetahui nilai yang begitu fantastis dari Kopi, baik robusta apalagi arabica, masyarakat berfokus pada peningkatan kualitasnya, agar nantinya bisa dipasarkan secara lebih luas. (eki)