KUNINGAN (MASS) – Lembaga Penyiaran Publik Lokal Atau LPPL Kuningan yang didalamnya mengelola Kuningan FM, saat tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, ada tiga orang pegawai yang menduduki jabatan yang diduga merupakan titipan Bupati Kuningan H Acep Purnama.
Ketiga orang itu adalah Sujono yang menjabat Direktur Opersional. Lalu, Solehudin Kepala Stasion Radio dan terakhir adalah Maksum Kepala Seksi Kemitraan. Mereka bertiga memang selama ini dikenal dekat dengan orang nomor satu di kota kuda.
Dari infromasi yang kuninganmass.com, himpun mereka sudah mendapatkan SK sejak Maret. Hal ini berdasarkan pengakuan Direktur Operasional Sujono. Sujono sendiri dulu pernah menjaid anggota DPRD dari PDIP untuk dapil 5.
Ketika mengenai adanya dugaan tiga orang titipan bupati dikonformasi kepada Kadiskominfo Kuningan Drs Teddy Suminar. Ia mengaku, ketiga orang itu tidak asal dipilih karena mempunyai pengalaman. Untuk Sujono dan Solehudin sudah lama berkerja di radio.
Sementara itu, Sujono yang dituduh sebagai titipan bupati meradang. Menurunya, ia berkerja bukan karena faktor kedekatan tapi juga mempunyai kemampuan.
“Ada dua hal yang harus saya klarifikasi, pertama adanya keresahan di LPPL Radio Kuningan FM. Silahkan buktikan langsung ada apa yang terjadi di Kuningan FM. Saya rasa semua berjalan biasa – biasa saja. Jadi kalau ada yang ngomong di LPPL resah, resah dimananya?” ujar Jono bertanya.
Dikatakan, kalau sekarang ada sedikit kurang nyambung dengan karyawan yang sudah ada dan itu dianggap wajar, karena dimanapun di instansi manapun kalau ganti managemen pasti ada beberapa yang berubah, sehingga jangan main fitnah seolah-olah bahwa di radio ada gejolak.
“Silahkan cek oleh siapa saja, Pak Sekda sudah melihat langsung ke sini positif – positif saja, dan secara terbuka karyawan menyampaikan keluh kesahnya. Tapi bukan dari urusan keharmonisan kerja tapi dari hal kesejahtraan. Wajar kalau mereka mempertanyakan itu, dan itu sedang kita pikirkan dengan Dirut Pak Pandu Hamzah untuk hal tersebut,” tandasnya,
Mengenai tiga orang titipan bupati, Sujono tidak merasa bahwa tiga orang merupakan titipan. Tapi sebagai bupati, beliau ingin di setiap lini berjalan makimal, dan itu dirasa bukan hanya di radio tapi di dinas instansi lain juga akan seperti itu.
“Pak Bupati mengharapkan bahwa radio harus menjadi corong pemerintah daerah di segala bidang. Bahkan Pak Acep mengharapkan bisa quik respon, ketika ada masalah atau persoalan seperti bencana atau tragedi lain radio harus sudah ada di lokasi tersebut,” ujar pria yang dipangggil Jono itu.
Masalah keinginan bupati itu, saat ini sedang diwujudkan dan kini tinggal menunggu perangkatnya saja. Sehingga kalau ada yang meragukan dengan kemampuan dirinya, ia siap di untuk di tes.
“Insaya Allah saya sudah cukup pengalaman di dunia penyiaran. Sebelum saya duduk di DPRD tahun 1999 – 2004, tahun 90-an saya sudah aktif di Radio Gema Remaja yang waktu itu merupaka radio baru yang lokasinya di Desa Jagara. Ada sekitar Tiga tahunan saya mengabdi disana,” ujarnya.
Setelah berhenti jadi DPRD, Jono mengaku bergabung dengan Radio Brodcast yang lokasinya di jalan Pramuka selama dua tahun, oleh yang punya radio tersebut di jual dan ia bersama H Diding Arizona dan Saidun mendirikan Radio Bewara SR yang stasiunnya berada di jalan Ir H Juanda, disana sekitar dua tahunan.
Karena ada sesuatu hal, lanjutnya, kemudian radio tersebut ganti nama menjadi “Gelora SR” dan pindah lokasi ke perumahan Korpri Cigintung, karena lokasinya jauh akhirnya ia mundur.
“Jadi kalau saya dianggap titipan dan tanpa kemampuan itu fitnah kejam. Saya sekarang masuk di LPPL silahkan cek berapa yang sudah saya hasilkan dari iklan? Lumayanlah itung – itung nambah buat honor saya, Radio itu tempat menampung orang yang punya kreasi, bukan menampung pengangguran semua yang ada tidak perlu menjadi penyiar tapi punya kompetensi masing masing,” pungkasnya. (agus)