Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Netizen Mass

Al-Qur’an Kabarkan Faedah Puasa Ramadhan

KUNINGAN (MASS)-  Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang Ramadhan secara umum. Dari mulai perintah berpuasa, tata cara berpuasa, aturan dan tata tertib berpuasa, sampai dengan faedah-faedah yang terkandung.

Begitupun saat kita membaca Al-Qur’an pada surat Al-Baqoroh ayat 183 – 187, maka kita akan menemukan bahwa Al-Qur’an telah mengabarkan kepada kita beberapa faedah Ramadan.

Bahkan secara khusus pada puasa, Syaikh Abu Bakr Al-Jazairi dalam kitabnya Aisarut Tafasir menerangkan bahwa ayat mengenai kewajiban berpuasa mengisyaratkan kepada faedah-faedah puasa yang banyak, baik faedah diniyyah (Agama) maupun faedah Ijtima’iyyah (sosial kemasyarakatan).

Jika kita membaca Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 183 – 187, maka kita akan menemukan ayat-ayat yang di akhiri dengan lafaz La’allakum atau La’allahum. Dalam ilmu bahasa Arab lafaz La’alla adalah littamanna (untuk berharap), oleh karenanya diartikan “agar kalian (la’allakum)/ agar mereka (la’allahuhm)”.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Kata ‘agar’ atau ‘supaya’ adalah sebuah harapan yang memiliki pengertian sebuah ‘target’ atau capaian. Begitulah memang adanya, setiap ibadah dalam bentuk apapun yang kita lakukan akan memiliki target tertentu. Sebagai contoh ibadah salat, dalam surat Thoha ayat 14 memiliki target agar dengan ibadah salat itu kita mengingat Allah SWT. “Sunggu Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thoha: 14)

Target atau tujuan dari setiap perintah ibadah itulah yang kemudian juga bisa dikatakan sebagai manfaat atau faedah. Berikut ini adalah beberapa faedah puasa Ramadan yang tercatat dalam surat Al-Baqoroh ayat 183 – 187:

  1. La’allakum tattaquun (agar kalian bertakwa)

Pengertian takwa menurut Umar bin Khattab adalah seperti berjalan dalam sebuah jalan yang berduri, sehingga kita benar-benar berhati-hati dalam melangkah.

Di bulan Ramadhan kita benar-benar dilatih untuk terbiasa berhati-hati dalam melangkah jangankan terhadap perkara yang dilarang oleh Allah SWT. bahkan untuk hal yang dihalalkan saja kita diperintahkan untuk berhati-hati.

Selain itu pada saat puasa Ramadhan terdapat unsur imtistalu lawamiri wa ijtanubun nawahihi, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, meskipun yang hal dilarang itu diperbolehkan jika di bulan-bulan lainnya selain Ramadhan, seperti makan dan minum.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Senada dengan hal tersebut, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah pernah menyampaiakan: “Dan diantara bentuk-bentuk ketakwaan dari ibadah puasa ini adalah bahwa orang yang berpuasa melatih dirinya untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah Ta’ala, sehingga ia meninggalkan sesuatu yang disukai dirinya.

Padahal ia memiliki kemampuan untuk melakukannya, karena ia meyakini bahwa Allah mengawasinya. Di antaranya pula bahwa orang yang berpuasa pada umumnya banyak melakukan ketaatan, sedangkan ketaatan adalah bagian dari ketakwaan.”

Begitulah taat tak bersyarat merupakan modal untuk menambah ketakwaan. Maka puasa Ramadhan menjadikan sekolah bagi setiap individu agar menjadi hamba-hamba yang taat tak bersyarat. Kesuksesan seseorang melewati Ramadhan juga dapat terlihat saat setelah Ramadan taatnya begitu meningkat.

  1. La’allakum tasykuruun (agar kalian bersyukur)

Faedah puasa Ramadhan yang selanjutnya adalah menjadikan setiap individu menjadi hamba yang penuh dengan kesyukuran. Syukur artinya berterimakasih, dan terimakasih adalah tanda seorang yang merasa puas terhadap apa yang telah didapatkan.

Sejatinya puasa Ramadan memang melatih kita untuk senantiasa merasa simpati bahkan empati terhadap orang-orang yang mungkin setiap hari sudah terbiasa makan cuma dua kali atau bahkan tidak makan sama sekali.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dalam puasa Ramadan Allah ingin menunjukan kepada kita bahwa coba sesekali lihat ke bawah, bahkan bukan saja saja melihat ke bawah namun rasakan pula secara nyata agar kita merasakan cukup atas apa yang telah kita dapatkan, agar kita merasakan, “oh begini rasanya kelaparan,” sehingga dari kaji rasa tersebut timbul rasa syukur yang mendalam, “Alhamdulillah, ternyata apa yang kita dapatkan sehari-hari, meski cuma cukup untuk makan 3 kali dalam sehari.

Itu sudah merupakan lebih dari cukup,” kesyukuran inilah yang menjadi harapan Tuhan terhadap hambaNya yang melewati Ramadhan. Rasulullah pernah bersabda mengenai kesenangan beliau ketika mengalami lapar,

“Tuhanku pernah menawariku untuk menjadikan kerikil di Makkah emas. Aku menjawab, Tidak, wahai tuhanku. Akan tetapi aku kenyang sehari dan lapar sehari. Apabila aku lapar, aku merendah sembari berzikir kepada-Mu, dan apabila aku kenyang, aku memuji-Mu dan bersyukur kepadamu-Mu.” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dari Abi Umamah.)

Begitulah puasa Ramadhan ingin menjadikan individu yang kelaparan namun penuh kesyukuran. Kemudian dari rasa syukur tersebut meningkatkan kepekaan sosial setiap individu. Dengan rasa empati tersebut diharapkan kita mudah untuk berbagi.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dijelaskan pula dalam Tafsir As-Sa’di: “Diantaranya adalah orang yang kaya jika merasakan lapar (saat berpuasa). Hal itu mendorongnya untuk meringankan kesulitan orang-orang fakir yang tak berharta”.

Dan yang lebih menakjubkan adalah bawha kesyukuran itu tidak saja dirasakan di dunia namun juga dirasakan kelak di akhirat bagi orang-orang yang sukses dalam pendidikan Ramadan tersebut. Rasul bersabda: “Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; ketika berbuka ia berbahagia dengan berbukanya itu, ketika bertemu dengan Tuhan-nya, ia berbahagia dengan puasanya itu.” (Bukhari dan Muslim, lihat Al-Lu’Lu wal Marjan, hal.707).

  1. La’allahum yarsyuduun (agar mereka memperoleh kebenaran)

Yarsyuduun berasal dari kata Ar-Rasyaad yang artinya petunjuk. Maka dalam tafsir jalalain dikatakan sebagai petunjuk Allah. Al-Harawi berkata: ar-rusydu – ar-rasyadu – ar-rasyaadu adalah al-hudaa (petunjuk) dan al-isitqaamah (istiqamah), dan Abu Raja’ al-Khurasani berkata: Sedangkan ar-rasyaad (berpetunjuk) adalah kebalikan dari al-ghaiy (sesat) dari lafaz rasyada-yarsyudu-rusydan.

Sementara menurut KBBI, rasyid [ra·syid] adalah orang yang menempuh jalan yang benar, orang yang adil dan ikhlas dalam tingkah laku dan perbuatan. Maka dari beberapa pengertian di atas dapat kita pahami bahwa termasuk faedah puasa Ramadhan adalah agar senantiasa kita berada pada jalan yang benar sesuai dengan petunjuk Allah SWT.

layaknya kita berjalan di sebuah jalan tol yang mengikuti arah papan petunjuk sehingga kita sampai pada tujuan. Sebaliknya yang tidak mengikuti arah petunju dan malah mengikuti langkah-langkah syetan (khuthuatisy syayathiin), maka mereka akan tersesat.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Begitulah ilustrasi faedah puasa Ramadan dalam petikan ayat La’allahum yarsyuduu. Adapun kolerasinya adalah sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di, “Dan diantaranya juga bahwa orang yang berpuasa berarti menyempitkan jalan-jalan setan dalam tubuhnya, karena setan berjalan dalam diri keturunan Nabi Adam as. di tempat aliran darah.

Maka dengan puasa melemahkan kekuatan setan dan menjadi sedikit kemaksiatan karenanya.” Dan adalah indikator seorang mendapatkan feadah Ramadan yang ke tiga ini adalah dengan banyaknya ia bermunjat, berdoa, memohon kepada Allah SWT. oleh karenanya banyak anjuran Nabi Muhammad SAW untuk memperbanyak berdoa pada saat berpuasa di bulan Ramadan.

“Sesungguhnya orang yang berpuasa diwaktu ia berbuka tersedia doa yang makbul” (HR. Ibnu Majah), dan dengan redaksi yang lain, “Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka yaitu orang yang berpuasa sampai ia berbuka, kepala negara yang adil, dan orang yang teraniaya” (HR. Turmudzi).

Demikian beberapa faedah Ramadan yang tersirat dalam penggalan ayat-ayat Al-Qur’an yang bercerita tentang puasa di bulan Ramadan. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapatkan faedah-faedah tersebut setelah kita melewati seluruh rangkaian ibadah puasa di bulan Ramadan ini. Aamiin****

Advertisement. Scroll to continue reading.

Penulis : Ade Zezen MZM, S.Pd

Ketua KAMMI Kuningan dan Guru SMPIT Al-Multazam

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement