KUNINGAN (MASS)- Reuni 212 pekan lalu telah usai. Berhasil digelar. Sukses luar biasa. Massa yang datang diluar prediksi. Jutaan. Bisa jadi belasan juta orang. Tertib. Segala kebaikan jelas diperlihatkan. Taawwun antarsesama tergambar sempurna. Tetapi ada yang tersisa.
Acara seluarbiasa itu minim pemberitaan. Di televisi. Pun demikian di media cetak. Koran khususnya. Untuk televisi hanya TV One yang menyiarkan. Secara langsung. Breaking News pula. Di dunia televisi Breaking News ini hanya untuk menampilkan berita extraordinary. Memiliki Magnitude luar biasa. Lebih dari lima jam. TV One Juga memberikan porsi cukup besar untuk berita Reuni 212 ini di beberapa program Regulernya. Bahkan beritanya belum berhenti hingga tiga hari setelah Reuni 212.
Padahal bukan hanya TV One yang menyiarkan. CNN Indonesia grup Trans Corp juga memberitakannya. Memang tidak semassif TV One. CNN Breaking News juga. Berita ini pun menghiasi berbagai program regularnya. Sependek pengetahuan saya memang Metro TV dan hanya Kompas TV yang sama sekali tidak menyiarkannya. Hingga kini. Kalapun menyiarkan bukan pada hari H nya. Tetapi sebelumnya. Di Kompas TV saya menemukan sehari sebelumnya ada berita dengan judul Panitia Batalkan Undangan Untuk Jokowi ke reuni 212. Beritanya bisa dilihat disini https://youtu.be/69KGdr0DSm0.
Metro TV bagaimana? Dalam Reuni 212 tahun ini berita Reuni 212 steril dari layar Metro TV. Saya tidak menemukan satu pun berita yang menayangkan Reuni kali ini. Reuni 212 tahun lalu masih menayangkan. Walaupun saat itu ada insiden Jurnalis seniornya Desi Fitriani diusir oleh peserta aksi. Bahkan infonya Desi sempat terkena pukulan. Beritanya ada disini https://youtu.be/4sBLef4PYS4. Hingga kini dugaan pemukulan itu gak ada kabarnya.
Media cetak pun terbelah. Foto HL dan beritanya hanya Republika yang memuatnya. Kompas HL Polusi Plastik Mengancam. Media Indonesia HL nya soal kabar gembira bagi guru Honorer. Koran Tempo pun sama. Tidak ada berita perihal Reuni 212.
Apa yang terjadi? Jika mengutip buku Media dan Kekuasaan nya Ishadi SK, setiap kebijakan News Room dipastikan ada Framingnya. Untung ruginya menayangkan suatu berita dihitung seksama. Para produser ke bawah dipastikan hanya menjalankan perintah. Kok mau diperintah? Kalo gak sreg ke hati berhenti saja. Ngapain menjakankan perintah kalo gak sesuai dengan Data dan fakta. keluar aja. Mungkin sebagian ada yang berkata demikian. Tetapi tidak semudah itu. Ada alasan alasan pragmatis yang menghambatnya. Cari kerja susah. Tanggungjawab. Anak istri mau makan apa. Status sosial. And many more.
Dari postingan Lola Harmanurjeni yang menanggapi Status Edwan Hadnansyah saya kutip Riset kecil kecilan. Izin kutip ya..
Metode penelitian: pengumpulan data sekunder digital dari situs resmi media massa. Ketik “212” bahkan tanpa kata reuni atau apapun, urutkan berdasarkan tanggal/date, hitung artikel yang menggunakan judul atau berisi kata “212” mulai dari 2 Desember 2018 sampai hari ini 5 Desember 2018.
Hasil:
Tempo ( tempo[dot]co ) : 68 artikel
Kompas ( kompas[dot]com ) : 36 artikel
Kompas tv ( kompas[dot]tv ) : 7 liputan/rekaman video
Republika ( republika[dot]co[dot]id ) : >100 artikel (banyak banget, lost count)
Cnn Indonesia ( cnnindonesia[dot]com ) : 47 artikel
Tv One dan vivanews : gak usah di itung dan ditanya lah kalo ini, live streaming dr malem sebelumnya smp sore setelahnya
METRO TV ( metrotvnews[dot]com ) : 0 artikel. NOL!!! Bahkan pakai metode pencarian keywords “212” yang keluar terakhir adalah tanggal 31 Oktober 2018.
Sepakat seratus persen tidak ada satupun yang harusnya menghalangi media massa menayangkan Reuni 212. Semua karakteristik kelayakan berita terpenuhi seluruhnya. Magnitude, impact, Unussualness, Proximity, Ketokohan, Human Interest. Magnitude Reuni 212 yang menghadirkan massa luar biasa ini tentu memiliki magnitude luar biasa. Belum ada dalam catatan sejarah indonesia bahkan dunia mungkin ada momen yang dihadiri oleh jutaan manusia. Dalam satu tempat. Waktu bersamaan. Hadir karena kesadaran. Hadir karena ada kekecawaan kolektip.
Impact. Dampak Reuni 212 ini bukan hanya berdampak kepada penjual nasi padang samping Monas yang jualannya melonjak lima kali lipat. Bukan pula pada bertambahnya jumlah perjalanan KRL Jabotabek. Tetapi bisa jadi akan berdampak pada kecenderungan pilihan dalam Pilpres 2019. Walaupun Reuni 212 ini tidak mengarah pada Ahimsa. Perjuangan Diam ala Gandhi. Tetapi dampaknya tidak bisa dianggap angin lalu.
Unussulness. Ketidakbiasaan. Ini Luar biasa. Ada jutaan massa berkumpul dilokasi yang sama. Waktu yang sama. Ada Fragme Kemanusiaan yang luar biasa. Begitu banyak orang yang tetiba membawa makanan gratis. Minuman gratis. Hingga penginapan gratis. Seperti De javu Baiknya warga Madinah ke warga saat Hijrah.
Proximity. Ini kedekatan. Kedekatan bukan hanya geografis. Tapi juga kedekatan nilai. kedekatan Rasa. Dan kedekatan Sosial.
Human Interest. Cerita tentang manusia selalu menarik. Ada ribuan yang bisa diangkat. Mulai dari Difabel yang berjuang hadir hanya dengan kursi roda. Dan masih banyak lagi.
Tetapi tidak elok juga tidak diberitakannya reuni 212 yang kena semprot wartawannya. Yang dihina wartawannya. Yang diancam wartawannya. Wartawan di lapangan itu prajurit. Komandan yang punya kendali.
Idealnya Haram hukumnya Newsroom dimasuki dipengaruhi oleh pemasang iklan, pemilik kekuasaan dan pemilik modal.
Kamera Kami belum tentu Rusak. Kerusakan paling akut ada pada sudut pandang kita. Semoga Indonesia kian jaya. Kita sebagai warganya kian sejahtera dan kian Semangat untuk Beribadah padaNya.***
Penulis : Abdul Jalil Hermawan
Pengamat Media