KUNINGAN (MASS)- Pemkab Kuningan mempunyai rencana usai Festival Angklung Internasional. Festival angklung sendiri bagian dari peringatan 72 tahun Perjanjian Linggarjati, Peringatan hari angklung internasional oleh Unesco serta Peringatan 2 tahun Deklarasi Kuningan sebagai kabupaten angklung.
Menurut Sekda Kuningan Dr Dian Rahmat Yanuar untuk mendukung visi misi Bupati 2019-2023, angklung akan menjadi bagian dari komoditi pariwisata Kuningan. Ada beberapa desa yang dijadikan desa wisata, dan angklung akan dikembangkan di desa itu.
Saat ini lanjut dia, yang sudah mengembangkan adalah desa Cibuntu, Pasawahan, selanjutnya mungkin Kelurahan Citangtu, dan desa lainnya yang memang sudah memiliki potensi wisata yang menarik.
“Kita juga akan mengembangkan lahan untuk ditanami bambu sebagai bahan baku pembuatan angklung ini. Harapannya, Kuningan sebagai rumah pertama angklung diatonis, tidak kalah gaungnya dengan Bandung yang malah lebih dulu dikenal sebagai gudangnya seniman angklung,” ujar Dian Sabtu (17/11/2018).
Lalu rencana ke depan Kabupaten Kuningan akan menggelar festival lomba angklung tingkat pelajar se-Jabar, workshop pembuatan angklung, pembuatan musium angklung, dan pembentukan desa pinunjul yang berbasis kerajinan/kesenian angklung dan bambu.
Sekedar infromasi tak banyak yang tahu, bahwa angklung diatonis dikembangkan di Kuningan, tepatnya di Desa Citangtu. Adalah seorang guru SMP 1 Kuningan, Daeng Sutigna, belajar membuat angklung, mulai dari memilih bambu yang tepat, sampai menyesuaikan nadanya hingga pas, kepada Pak Kucit (Kuwu Citangtu) pada masa itu.
Pak Daeng Sutigna lalu berinovasi dengan mengubah nada angklung dari pentatonis (nada tradisional) ke diatonis. Karena pekerjaannya, Pak Daeng kemudian harus pindah ke Bandung dan mengembangkan angklung diatonis di sana.
Sementara “akar sejarah” pembuatan angklung diatonis menjadi terabaikan sejak meninggalnya Pak Kucit. Tak ada penerusnya.
Waktu berjalan, sampai di masa 2 tahun yang lalu, ketika Dian Rachmat Yanuar, Kadisdikbud Kuningan saat itu, menggagas untuk mendeklarasikan Kuningan sebagai Kabupaten Angklung. Bukan tanpa alasan, dirinya menggagas hal ini. Angklung mengajarkan berharmonisasi dengan alam.
Angklung juga mengajarkan menghargai hasil karya bangsa sendiri, dan yang utama adalah menggali kembali akar sejarah yang terkikis oleh waktu.(agus)