KUNINGAN (MASS)- Banyak warga Kuningan yang baru mengetahui bahwa ada gay di kota kuda. Padahal, selain gay juga ada penyuka sesama jenis lainnya yakni lesbi. Sama halnya dengan gay, lesbi juga eksis di Kuningan. Namun, mereka tertutup.
Kalau diistilah gay ada top dan bottom, maka di lesbi juga ada. yang satu berperan menjadi buchi (pria) dan yang perempuan disebut (femi). Bagi yang sudah biasa mengetahui tidak sulit menemukan mereka.
Buchi sendiri penempilan macho, rambut pendek dan lebih berani dan mereka dikenal posesif terhadap pasangannya. Sedangkan femi, layakanya seperti perempun kebanyakan namun ia tidak punya perasaan kepada lelaki tulen.
“Ada lesbi juga di Kuningan tapi tidak sebanyak kaum gay. Mereka itu lebih tertutup. Kami sulit untuk mendata mereka. Ketika kami dekati dan diajak wawancara mereka selalu menghindar,” ujar Asep Papay salah seorang komunits Warga Peduli AIDS, Senin (14/10/2018).
Asep yang waktunya banyak dihabiskan dengan fokus kepada masalah HIV dan AIDS mengaku, pilihan menjadi lesbi dianggap lebih aman dari pada menjadi PSK.
Sebab lanjut dia, mereka beranggapan lebih aman dan tidak akan terjangkit penyakit HIV dan AIDS, meski anggapan itu tidak menjamin, karena kalau salah satu pernah tertular maka pasangannya akan menjadi penghidap.
“Iya lesbi itu lebih posesif dan alasan rasa aman yang membuat mereka memilih menjadi penyuka sesama jenis. Kami tau tapi sulit untuk mendata mereka,” jelas Asep yang kini fokus mencalonkan wakil rakyat dari PSI. Hal ini agar penanganan HIV dan AIDS lebih diperhatikan.
Sekedar infromasi kaum lesbi juga sering disebutan kaum belok. Istilah ini ditunjukan ketika seseorang menjadi lesbi. Selain itu juga disebut koleb atau kebalikan dari kata belok dan juga lines.
Apa pun sebutan dari bagi mereka, para orang tua dan juga masyarakat sekitar harus lebih peka karena kalau dibiarkan akan merusak generasi muda dan tentu akan diadzab oleh Allah SWT. Perebuatan menyimpang seperti gay dan lesbi dilarang oleh agama. (agus)