KUNINGAN (MASS) – Pasangan Dudy-Udin memiliki konsep pembangunan pertanian ke depan yang ditawarkan ke public. Karena visi paslon nomor 2 ini fokus pada 2 bidang yaitu pertanian dan pariwisata, maka politik anggaran pun menurut mereka harus menjadi perhatian utama.
“Karena itu ada 5 konsep yang kami sepakati, pertama, peningkatan anggaran sektor pertanian 10-20% per tahun dari anggaran yang ada saat ini. Tentu tujuan dari peningkatan anggaran ini adalah akan lebih banyak belanja langsung yang bisa dinikmati oleh para petani atau kelompok tani, baik dalam bentuk benih, pupuk, insektisida, atau jasa pendampingan oleh para penyuluh, serta berbagai usaha pascapanen,” sebut Cabup H Dudy Pamuji MSi, Jumat (22/6/2018).
Kedua, lanjutnya, kerjasama dengan para investor yang akan menggunakan hasil/produk pertanian. Dudy mengatakan, H Udin Kusnaedi, calon pendampingnya, memiliki banyak data terkait berapa kebutuhan cabe merah, cabe hijau, tomat, kentang dan lain-lain untuk industri-industri makanan besar.
“Inilah yang kemudian akan dikerjasamakan sehingga petani memiliki kepastian waktu dan harga dalam penjualan hasil pertanian yang telah mereka tanam,” ungkapnya.
Agar pertanian ini lestari dan memang berdasarkan temuan di lapangan bahwa sebagian besar petani itu memang berada pada rentang usia 40-60 tahun, maka ia memandang perlu regenerasi petani.
“Hanya saja kami paslon nomor 2 ini pendekatannya adalah melalui pemberian beasiswa pendidikan khusus kepada anak petani untuk mengikuti pendidikan tinggi di IPB dalam bidang pertanian. Karena itu, kami akan bekerjasama dengan IPB atau Unpad yang memiliki fakultas pertanian untuk merealisasikan program ini,” paparnya.
Konsep keempat, imbuh Dudy, yaitu penetapan zonasi pertanian sesuai dengan karakteristik lahan pertanian. Ini adalah langkah konkret agar Kuningan punya kawasan kawasan khusus agropolitan sesuai RPJPD yang telah diterapkan.
“Misalnya di Bandorasa dan Cigandamekar adalah kawasan khusus boled (ubi jalar), sayuran sawi di Cisantana, bawang merah di Kramatmulya dan Jalaksana dan lain sebagainya,” sebut dia.
Jika kawasan agropolitan ini ditata, ujar Dudy, maka tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan menjadi objek wisata seperti di Lembang dan Malang yang pada akhirnya melahirkan destinasi agrowisata.
“Penekanannya adalah sistem pertanian yang akan kami kembangkan adalah sistem organik karena selain harga pasar yang tinggi juga untuk merespons kebutuhan masa depan dan bahkan kebutuhan ekspor yang tinggi terhadap produk pertanian organic,” terangnya.
Konsep kelima, menurut Dudy, implementasi Perda tentang Perlindungan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B). Karena perda dan perbup nya sudah ada, maka pemerintah daerah tinggal menegakkannya saja seiring dengan penetapan RDTR dan RTRW yang baru.
“Dengan demikian dalam 30 tahun ada lahan-lahan produktif yang kita lindungi agar tidak diubah fungsi lahannya menjadi lahan pemukiman atau perdagangan dan ini akan menjamin produktivitas pertanian terjaga dan ketahanan pangan juga terpelihara,” pungkasnya. (deden/rl)