KUNINGAN (MASS) – Lantaran dalam Debat Publik waktu yang diberikan kurang leluasa, Cabup Nomor 2 H Dudy Pamuji membeberkan konsep pengembangan kepariwisataan kepada kuninganmass.com. Ia juga menjawab konsep pengembangan tersebut ketika dikaitkan dengan dampak negatif pariwisata terhadap nilai-nilai moral dimasyarakat.
“Pada sesi ketiga dalam debat publik kemarin saya mendapat pertanyaan tentang itu. Saya tegaskan bahwa ada 6 konsep terkait pengembangan kepariwisataan sehingga Kuningan diharapkan menjadi salah satu daerah termaju dalam bidang kepariwisataannya,” kata Dudy, Jumat (22/6/2018).
Enam konsep itu diantaranya, menyusun blueprint pengembangan kawasan wisata terpadu dimana dalam satu objek wisata yang dikembangkan disamping keindahan alam yang menjadi daya tarik utamanya juga terintegrasi pengembangan kawasan kuliner dan pusat oleh-oleh khas Kuningan, pementasan kesenian tradisional dan pemasaran kerajinan asli Kuningan.
Kedua, lanjut Dudy, kerjasama dan menggandeng pihak investor untuk pembangunan destinasi baru yaitu pembangunan “Museum Peradaban Islam” di Kuningan. Bagaimanapun saat ini banyak sekali objek wisata religi di Kuningan yang masih tidak terintegrasi dan karena itu mungkin ini menjadi salah satu solusi terbaik agar destinasi ini bisa menjadi icon baru bagi Kuningan ke depan, seperti halnya Jatim Park di Malang yang sangat terkenal di Indonesia.
Selanjut konsep ketiga, Program SADESA SASAUNG (Satu Desa, Satu Unggulan) khususnya di desa-desa yang punya potensi pariwisata. Pengembangan program ini akan diarahkan melalui optimalisasi peran BUMDes sebagai pengelolanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga desa.
“Keempat, Penataan serta pembangunan infrastruktur dan sarana penunjang lainnya di objek-objek wisata favorit. Bagaimanapun salah satu unsur penting dalam pengembangan pariwisata adalah kenyamanan jalan dan sarana penunjang lainnya seperti (toilet, akses air bersih, fasilitas ibadah, fasilitas bagi kaum disabilitas, fasilitas kantin, fasilitas penginapan, dan lain sebagainya),” beber dia.
Kelima, Renegosiasi dengan pihak Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) khususnya dalam optimalisasi pengelolaan zona pemanfaatan oleh desa/masyarakat.
“Kita tahu bahwa beberapa objek wisata favorit kini dikelola oleh TNGC dan kita hanya menerima bagi hasilnya saja, namun tidak secara langsung dapat dikelola oleh masyarakat. Insya Allah kita akan melakukan renegosiasi dan sepengetahuan saya TNGC sangat terbuka untuk hal tersebut,” ucapnya.
Dudy menjelaskan konsep keenam yaitu pelibatan generasi millenial dalam promosi wisata berbasis digital. Dikatakan, kini sudah berkembang konsep community-based tourism dan digital tourism. Pemerintah Daerah perlu bergandengan tangan dengan komunitas komunitas anak muda yang bergerak dalam bidang kepariwisataan terutama dalam menggerakkan mereka untuk promosi objek objek wisata di Kuningan.
“Dengan memanfaatkan karakteristik generasi millenials Kuningan, kami percaya pariwisata Kuningan bisa mendunia, apalagi kami bisa membuat branding yang kuat melalui peran mereka,” tandas Dudy.
Terkait antisipasi dampak pariwisata terhadap moralitas masyarakat, Dudy mengatakan perlu mengoptimalkan penegakkan implementasi Perda yang ada.
Seperti Perda No. 2 Tahun 2008 tentang Madrasah Dinniyyah Takmiliyah Awwaliyah, Perda No. 2 Tahun 2013 tentang Kepariwisataan, Perda No. 3 Tanun 2015 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, Perda No. 6 Tahun 2014 tentang Pengawasan Minuman Beralkohol dan Perda No. 8 Tahun 2015 tentang Penanggulangan HIV-AIDS.
“Atau kita merancang ranperda lainnya sesuai kebutuhan untuk antisipasi dampak negatif dari pengembangan kepariwisataan,” pungkasnya. (deden/rl)