KUNINGAN (MASS) – H Aang Hamid Suganda mengakui pilkada sekarang merupakan pertarungan orang tua. Ayah dari Cawabup paslon nomor 3 M Ridho Suganda itu mengatakannya saat berbincang-bincang santai di salah satu ruangan Restoran Lembah Ciremai, Selasa (13/3/2018), dengan sejumlah awak media.
“Ini terjadi di Kuningan. Dulu, saya sama pak Umar Syarifudin (ayah dari Cabup paslon nomor 2 H Dudy Pamuji) dan pak Amin Santono (ayah dari Cawabup paslon nomor 1 Yosa Octora Santono) itu berteman,” tutur Komisaris BIJB Kertajati Majalengka tersebut.
Pertemanan mereka karena sama-sama merantau. Ia ke Bogor, sedangkan Umar dan Amin ke Jakarta. Aang menceritakan, Umar junior dulu sengsara. Sama dengan dirinya. Kalau sekolah suka memakai obor.
“Gak tahu kan ternyata bisa jadi bankir yang luar biasa sukses. Bank Jabar itu bisa sukses, bisa besar itu karena pak Umar,” ungkapnya.
Sedangkan Amin Santono, Aang menceritakan dulunya pegawai negeri perpajakan. Pada masa tuanya, kata Aang, Amin ingin mengabdikan diri menjadi bupati di Kuningan.
“Dulu lawan saya kan? (pilkada 2003). Kebetulan pak Amin kalah waktu itu. Nah, dia pensaran pengen ada dia atau keturunannya yang jadi bupati. Dan sekarang anaknya. Kebetulan anak bapak juga nyalon. Jadi serba kebetulan. Ini mah pertarungan orang tua,” kata Aang sambil tertawa.
Soal modal, suami dari mendiang Hj Utje Ch Suganda ini menegaskan semuanya bermodal cukup. Amin Santono misalnya, kini sebagai anggota DPR RI. Bahkan ibunya menjadi anggota DPRD Jabar.
“Pak Umar juga begitu. Kita lihat asetnya di sini, punya obyek wisata Sidomba, punya sekolah. Begitu juga saya. Yang penting ulah nginjeum. Mun teu boga mah tong milu,” kelakar Aang campur Bahasa Sunda.
Dalam pertarungan orang tua ini, Aang menegaskan siap kalah dan siap menang. Aang juga menandaskan, dirinya tergolong orang yang selalu optimis.
“Saya orangnya selalu optimis, gak pernah tak optimis. Dan saya tak pernah mengeluh dalam hidup. Tapi keoptimisannya itu harus ditunjang dengan keseriusan. Kayak sekarang menghidupkan lagi AHAS Center,” tukasnya. (deden)