KUNINGAN (MASS) – Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa momentum Pilkada adalah ajang Pemilu dengan tingkat perputaran uang yang sangat tinggi, bahkan angkanya bukan miliaran lagi tapi triliunan.
Biasanya didalam prosesnya sarat dengan terjadinya “Money Politic”. Money Politic atau politik uang adalah sebuah proses jual beli suara antara paslon dengan calon pemilih dengan kompensasi pemberian uang dalam jumlah tertentu.
Untuk ukuran Kabuapten Kuningan, pemberianya berkisar diangka Rp 25 ribu- Rp100 ribu. Selain itu, ada juga pemberian dalam bentuk barang, seperti sembako, alat mandi, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil survey LSI tentang Pilkada Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Kuningan 2018/Oktober 2017 mengenai pengaruh money politic dalam Pilkada jawabanya sangat mencengankan. Adapun poin pertanyaan kuesioner adalah “Apakah pemberian uang atau barang tersebut sangat berpengaruh, cukup berpengaruh, kurang berpengaruh, atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap pilihan bapak/ibu?”
Ternyata dari 440 responden dengan tingkat margin error -+ 4,8% hasilnya adalah 40, 8% masyarakat menganggap politik uang berpengaruh terhadap pilihan mereka. 26, 0% kurang berpengaruh dan 33, 0% tidak berpengaruh sama sekali.
Kemudian, dalam poin pertanyaan kuesioner berikutnya dengan pertanyaan “Menurut Bapak/Ibu, apakah pemberian materi uang (money politic), sembako, bisa mempengaruhi pilihan masyarakat dilingkungan Bapak/Ibu tinggal?”
Hasilnya menunjukan bahwa 63, 0% masyarakat menilai pemberian materi berpengaruh bagi pilihan masyarakat. Lalu, 24, 8% beranggapan tidak mempengaruhi dan 12,2% tidak menjawab.
Melihat data hasil survey tersebut, bisa digambarkan bahwa pengaruh politik uang bagi pilihan masyarakat di Kuningan masih sangat besar dampaknya. Masyarakat masih terpengaruh oleh pemberian-pemberian tertentu.
Kalau diistilahkan, masyarakat masih berprinsip “kalau ada uang ya saya pilih, kalau ada sembako ya saya pilih”. Sedikit jumlahnya masyarakat yang memilih karena faktor kualitas calon.
Perlunya edukasi bagi masyarakat Menjadi sebuah kewajiban bagi kita semua, khususnya penyelenggara pemilu, tim sukses, dan tentunya paslon untuk bagaimana dapat secara maksimal memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang larangan politik uang.
Jangan malah mengajarkan praktek-praktek politik kotor seperti halnya money politic. Masyarakat sebagai calon pemilih perlu mendapatkan edukasi tentang hal itu.
Hal ini agar mereka tidak berpikir lagi money oriented dalam pemilukada. Tapi masyarakat dapat berpartisipasi sebagai pemilih cerdas dengan mengedepankan kualitas calon dari pada pemberian calon yang sifatnya sesaat.
Persoalan yang dihadapi saat ini adalah masih buruknya kompetisi diantara para paslon serta tim suksesnya. Mereka belum sepenuhnya menerapkan prinsip politik santun dan clean politic atau politic bersih.
Tapi fakta hari ini masih saja menjunjukan persaingan yang tidak sehat diantara paslon dan tim sukses. Indikasi praktik money politic masih saja ditemukan dalam proses pilkada khususnya dalam momen sosialisasi.
Kecenderungan pemberian uang dan sembako masih melekat diantara para paslon, kondisi ini semakin memperburuk citra demokrasi di Indonesia khususnya di Kuningan. Bukan memberi edukasi positif kepada masyarakat malah mengajarkan praktik-praktik amoral kepada mereka.
Ciptakan pemilih cerdas Setelah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang persoalan politik uang, target selanjutnya adalah bagaimana menciptakan kelompok pemilih cerdas.
Tugas penyelenggara pemilu adalah mendorong masyarakat sebagai kelompok calon pemilih untuk mempelajari paslon sebagai calon pemimpin mereka dari segi kualitasnya. Track recordnya seperti apa, kualitas keilmuanya bagaimana, serta program-program pembangunanya bagaimana.
Realita hari ini, masyarakat masih terkonsentrasi terhadap kekuatan finansialnya dalam menilai calon. Dan untuk menciptakan pemilih cerdas, perlu kiranya mengikis penilaian-penilaian masyarakat seperti itu, meski faktanya untuk mencalonkan Bupati/Wakil Bupati perlu adanya modal finansial yang besar.
Kemudian untuk para paslon, ayo tunjukan kualitasmu sebagai calon pemimpin, sosialisasikan sesering mungkin program pembangunanmu, sampaikan target perubahan daerah kepada publik, publikasikan strategi-strategimu dalam mengatasi permasalahan daerah kepada masyarakat.
Dorong supaya masyarakat memilihmu karena kualitasmu bukan karena uangmu. Sehingga dengan begitu masyarakat dengan sendirinya akan menjadi kelompok pemilih cerdas bukan pemilih mata duitan.
Semoga dengan kerjasama semua pihak dalam mengedukasi masyarakat akan menciptakan iklim demokrasi yang sehat dan bersih di Kuningan serta tercipta pemimpin berkualitas yang akan memberikan perubahan positif bagi daerah. Wallahu’alam bishowab Wallahul muwafiq ila akwamitharieq Wassalamu’alaikum Wr. Wb.***
Penulis: Ato Sugiarto, S. Pd (Ketua DPC. FPPSP3 Kab. Kuningan)