KUNINGAN (MASS)- Lancarnya sebuah pertandingan tidak terlepas dari kepemimpinan wasit. Begitu juga yang terjadi pada Pekan Olaharaga dan Seni Antar Daerah Perbatasan (Porsenitas) VI.
Tanpa wasit yang tegas maka pertandingan tidak akan berjalan lancar. Namun, sayangnya peran para wasit selama nyaris tidak dihargai.
Mereka kerap disalahkan meski sudah melaksanakan tugas dengan baik. Bahkan caci maka keluar dari mulut mereka. Bukan dari official tim tapi dari pemain pun kerap keluar.
“Terkadang saya heran katanya paham dengan aturan. Tapi ketika bertanding marah-marah. Maunya apa sih?” ujar Ribut Waidi mewakili 20 wasit yang ada di Kuningan kepada kuninganmass.com belum lama ini.
Ia menerangkan, pada saat Porpsenitas banyak pelatih, official tim dan juga pemain yang kurang paham. Mereka marah-marah sampai tidak sedikit mengancam.
Hal ini pun juga keluar dari Tim Kabupaten Kuningan. Melihat seperti itu Ribut Waidi mengaku tidak takut karena sebagai sudah disumpah.
“Bagi saya teror seperti itu sudah biasa. Saya selalu lawan. Saya menjadi wasit ada aturannya dan jelas, sehingga saya tidak takut selama benar,” tegasnya.
Dosen STKIP Muhammadiyah Kuningan itu mengatakan, bagi wasit yang baru situasi ini terkadang membuat mereka down, tapi sebagai wasit yang senior selalu terus memberikan sport.
Ia berharap bagi pelatih, official dan pemain harus paham sebelum melakukan protes. Terkadang mereka protes tapi tidak paham. Hal ini membuatnya ingin tertawa lepas.
“Pahami aturan baru protes. Tidak semata-mata kami jadi wasit kalau bertugas salah. Ada human eror tapi dalam batas wajar,” tandasnya.
Mengenai minat menjadi wasit, Ribut mengatakan, saat ini di Kuningan sangat besar. Ini terbuikti dari semula enam orang, kini sudah ada 20 orang.
“Bukan hanya menjadi wasit sepakboa tapi juga wasit futsal. Dengan semakin banyak even maka kebutuhan akan wasit sangat besar,” sebutnya.(agus)