KUNINGAN (MASS) – Setelah sempat melemah tajam di awal tahun, nilai tukar Rupiah perlahan menunjukkan sinyal stabilisasi di tengah tekanan global yang masih tinggi. Apakah ini pertanda mata uang Garuda mulai kembali ke jalurnya? Siaran pers terbaru dari Bank Indonesia pada pertengahan Mei 2025 membuka data menarik yang patut dicermati, terutama bagi pelaku pasar dan masyarakat yang mengandalkan stabilitas nilai tukar untuk perencanaan ekonomi mereka. Lantas, bagaimana posisi Rupiah terkini terhadap dolar AS dan apa perbedaannya dibandingkan bulan sebelumnya?
Bank Indonesia kembali merilis perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah dalam siaran pers resminya yang merangkum kondisi pada periode 14–16 Mei 2025. Salah satu sorotan utama yaitu pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (14–16 Mei 2025)
Pada Kamis, (15/5/2025), Rupiah ditutup pada level Rp16.510 per dolar AS. Angka tersebut sedikit menguat jika dibandingkan dengan beberapa pekan sebelumnya di awal Mei yang sempat menembus Rp16.600 per dolar.
Kemudian, pada Jumat pagi (16/5/2025), Rupiah dibuka sedikit lebih kuat di level Rp16.450 per dolar AS, mengindikasikan sentimen yang sedikit lebih positif di pasar valas. Sebagai perbandingan, pada pertengahan April 2025 lalu, nilai tukar Rupiah sempat berada di kisaran Rp15.900–Rp16.000 per dolar AS, yang artinya dalam satu bulan terakhir, Rupiah mengalami pelemahan sekitar Rp450–Rp600.
Dinamika Pasar Keuangan
Kondisi itu turut dipengaruhi oleh dinamika global, termasuk penguatan indeks dolar AS (DXY) yang tercatat naik ke level 100,88, serta kenaikan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (UST Note 10 tahun) menjadi 4,432%.
Di dalam negeri, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun juga mencatat kenaikan ke 6,90% pada 15 Mei, sebelum turun tipis ke 6,87% pada 16 Mei pagi.
Aliran Modal Asing: Mulai Kembali Masuk?
Ada kabar baik dari sisi aliran dana asing. Bank Indonesia mencatat, pada periode 14–15 Mei 2025, investor nonresiden melakukan pembelian neto sebesar Rp4,14 triliun, terdiri dari:
- Beli neto di pasar saham: Rp4,52 triliun
- Beli neto di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI): Rp1,14 triliun
- Namun, tercatat jual neto di pasar SBN sebesar Rp1,52 triliun
Untuk premi risiko investasi, indikator CDS (Credit Default Swap) Indonesia 5 tahun mengalami penurunan ke 83,34 bps per 15 Mei, dari 88,93 bps per 9 Mei, mencerminkan persepsi risiko yang sedikit membaik.
Bagaimana Tren Sepanjang Tahun?
Meski terdapat pembelian asing dalam pekan kedua Mei, secara tahunan (year-to-date) hingga 15 Mei 2025, investor asing masih mencatatkan:
- Jual neto Rp52,53 triliun di pasar saham
- Jual neto Rp20,54 triliun di SRBI
- Beli neto Rp29,10 triliun di pasar SBN
Nilai tukar Rupiah masih bergerak dalam tren tertekan, meski menunjukkan sedikit penguatan dibanding pekan sebelumnya. Dibandingkan dengan bulan April, Rupiah masih melemah cukup signifikan. Namun, mulai masuknya aliran modal asing dan turunnya premi risiko memberi harapan akan stabilisasi ke depan. Masyarakat dan pelaku usaha perlu tetap waspada, sambil mencermati langkah-langkah lanjutan dari Bank Indonesia dan perkembangan ekonomi global. (argi)
