Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Netizen Mass

Pengaruh Shalat dalam Kehidupan

KUNINGAN (MASS) – Setiap bulan Rajab kaum Muslimin memperingati perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Dalam Isra dan Mi’raj Nabi SAW menerima secara langsung perintah shalat. Hal ini menegaskan pentingnya umat Islam menjaga pelaksanaan ibadah shalat. Karena shalat memiliki pengaruh bagi kehidupan.

Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang menjadi pembatas seseorang itu mukmin atau kafir. (H.r. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Shalat juga menjadi penentu diterima atau tidaknya amalan seseorang. (H.r. Abu Dawud).

Shalat memberikan banyak manfaat bagi yang istiqamah menjalankannya. Selain itu, shalat memiliki banyak keutamaan, apalagi jika ditunaikan berjamaah. Satu hal yang perlu diketahui, tidak satu pun ulama yang menyatakan shalat berjamaah hukumnya sunah biasa.

Shalat berjamaah adalah sunah muakkadah bagi laki-laki dalam menjalankan shalat lima waktu. Menurut Mazhab Maliki dan Hambali, hukumnya wajib.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sesungguhnya aku bertekad untuk menyuruh seseorang agar mengumpulkan kayu bakar, lalu aku menyuruh shalat dan diserukan untuknya. Kemudian kusuruh seorang laki-laki mengimami manusia. Setelah itu kudatangi orang-orang yang tidak menghadiri shalat jamaah dan kubakar rumah-rumah mereka.” (H.r. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain, “Barangsiapa mendengar adzan, kemudian tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya (tidak sempurna shalatnya) kecuali ia memiliki halangan.” (H.r. Ibnu Majah).

Shalat yang dilaksanakan dengan berjamaah mempunyai banyak keutamaan. Saking pentingnya shalat berjamaah, selain memiliki 27 derajat, keutamaan lainnya adalah pertama, mendapatkan naungan Allah.

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari tiada naungan selain naungan-Nya. (Salah satunya) adalah seseorang yang hatinya selalu terikat dengan masjid.” (H.r. Bukhari).

Advertisement. Scroll to continue reading.

Kedua, diampuni dosa-dosanya. “Barangsiapa yang berwudhu untuk shalat dengan menyempurnakan wudhu, kemudian berjalan untuk menunaikan shalat wajib, dan shalat bersama manusia atau bersama jamaah atau di masjid, maka Allah akan mengampuni dosanya.” (H.r. Muslim).

Ketiga, pahalanya senilai pahala ibadah haji. “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan berwudhu untuk menunaikan shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berihram untuk melaksanakan haji.” (H.r. Abu Dawud).

Keempat, dihormati sebagai tamu Allah. “Barang siapa yang berwudhu di rumahnya, lalu memperbaiki wudhunya, kemudian datang ke masjid maka ia sebagai tamu Allah. Dan, menjadi sebuah keharusan bagi yang dikunjungi untuk menghormati tamu.” (H.r. Ibnu Abi Syaibah).

Kelima, terlindungi dari kejahatan setan. “Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia sebagaimana serigala bagi kambing. Serigala menerkam kambing yang memisahkan diri dari kawanannya dan menyendiri. Janganlah kalian memisahkan diri dari jamaah dan hendaklah kalian bersama jamaah dan orang terbanyak (dari kalangan orang mukmin).” (H.r. Ahmad).

Advertisement. Scroll to continue reading.

Keenam, mendapatkan jaminan surga. “… dan seorang yang berangkat menuju masjid maka ia mendapatkan jaminan dari Allah, Ia mewafatkannya, lalu memasukkannya ke dalam surga atau mengembalikannya ke rumah dengan membawa pahala dan keberuntungan.” (H.r. Abu Dawud).

Selain mendapat keutamaan shalat berjamaah, seorang muslim yang shalat berjamaah di masjid mendapatkan tambahan keutamaan melangkahkan kaki (berjalan) menuju ke masjid. Berikut beberapa hadits yang menjelaskan keutamaan melangkah ke masjid. Jika seseorang mengetahuinya pasti akan semakin rajin ke masjid.

“Berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan ke masjid dalam kegelapan dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (H.r. Abu Dawud dan Tirmidzi).

“Barangsiapa yang pergi ke masjid pada pagi atau sore hari, maka Allah akan menyediakan jamuan dari surga untuknya setiap kali ia pergi pada pagi dan sore hari.” (Muttafaq ‘alaih)

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Shalatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baiknya shalat adalah shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (H.r. Bukhari dan Muslim).

“Orang yang paling banyak mendapatkan pahala dalam shalat ialah mereka yang paling jauh (jarak rumahnya ke masjid), karena paling jauh jarak perjalanannya menuju masjid. Dan orang yang menunggu shalat hingga ia melaksanakan shalat bersama imam itu lebih besar pahalanya dari orang yang melaksanakan shalat kemudian tidur.” (H.r. Bukhari dan Muslim).

“Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat.” (H.r. Muslim).
I’tikaf.

Selain mendapat keutamaan shalat berjamaah, seorang muslim yang berada di masjid dapat meniatkan diri untuk i’tikaf sehingga mendapatkan tambahan keutamaan i’tikaf.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Pertama, mencari malam lailatul qadar. Sangat disunnahkan pada 10 hari terakhir Ramadhan untuk itikaf. Hal ini dimaksudkan untuk mencari lailatul qadar. Amalan yang dilaksanakan pada malam itu memiliki nilai lebih dibandingkan amalan yang dilakukan di malam-malam lainnya.

Nabi SAW biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Kemudian istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. (H.r. Bukhari dan Muslim).

Kedua, mudah mendirikan shalat berjamaah. Orang yang i’tikaf di masjid akan mudah untuk melaksanakan shalat secara berjamaah sehingga mendapatkan keutamaan shalat berjamaah. “Shalat berjamaah (di masjid) lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat sendirian (di rumah).” (H.r. Bukhari).

Ketiga, mudah mendapatkan shaf pertama berjamaah. Orang yang i’tikaf di masjid akan dengan mudah untuk mendapatkan shaf pertama dalam shalat berjamaah.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu keutamaan) di dalam seruan (adzan) dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya.” (H.r. Bukhari).

Keempat, mendapatkan pahala menunggu datangnya waktu shalat. Nabi bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang dengannya Allah menghapus dosa dan mengangkat derajat?” Para sahabat berkata, “Tentu, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda, “Menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat. Itulah yang namanya ribath (mencurahkan diri dalam ketaatan), itulah yang namanya ribath.” (H.r. Muslim).

Kelima, dijauhkan dari api neraka. Nabi bersabda, “Barangsiapa yang berjalan di dalam membantu keperluan saudaranya, maka itu lebih baik baginya daripada i’tikaf sepuluh tahun lamanya. Dan barangsiapa yang beri’tikaf satu hari karena mengharap ridha Allah SWT, maka Allah menjadikan di antara dia dan api neraka jarak sejauh tiga khandaq (parit). Setiap khandaq dari khandak lainnya jaraknya sejauh langit dan bumi.” (H.r. Thabrani)

Pun, dengan melaksanakan shalat berjamaah di masjid dapat membangun kebersamaan kaum Muslimin. Hidup bersama dengan sesama manusia merupakan naluri dasar manusia. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin dapat hidup tanpa orang lain.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dengan shalat berjamaah di masjid lima waktu dan dilaksanakan setiap hari maka akan dapat membangun kebersamaan kaum Muslimin di tengah-tengah masyarakat. Sehingga kaum Muslimin dapat membangun hablum minallah sekaligus hablum minannas.
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (Al-Baqarah [2]: 43).

Dengan shalat berjamaah secara istikamah kaum Muslimin dapat mengokohkan jalinan silaturrahmi antarsesama sebagai realisasi dari hablum minannas.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa [4]: 36).

Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar istikamah dalam menjalankan ibadah shalat sehingga merasakan manfaatnya bagi kehidupan. Amin.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Penulis : H Imam Nur Suharno dan Hj Siti Mahmudah
(Penceramah Agama)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement