KUNINGAN (MASS) – Salah satu usulan Forum Kyai dan Akademisi Kabupaten Kuningan Peduli Bangsa, adalah mendesak penundaan pemberian Bansos. Hal itu, tertuang dalam aalah satu poin yang dibacakan Kyai dan Akademisi Kuningan dalam Petisi Linggarjati, Selasa (6/2/2024) siang.
“Mendesak agar pemberian bantuan sosial (bansos) ditunda hingga setelah Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif selesai pada 14 Februari 2024, untuk mencegah penyalahgunaan bansos untuk kepentingan politik,” tertulis dalam petisi.
Selain soal Bansos, petisi berisi pengingat pada pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi, agar tidak menyalahgunakan kekuasaan dan alat negara, untuk kepentingan politik praktis.
Pasca deklarasi, perwakilan Kyai dan Akademisi KH Aang Asyari dan Ustadz Dadan Rahmatun Ramdan Lc, mengatakan bahwa suara-suara dari kampus tentang kondisi bangsa, mulai mengemuka.
“Kemat kami suara itu perlu terus digaungkan, disampaikan, sehingga kemudian penyelenggara (negara) ini merasa diingatkan. Karena kalo tidak, ini bisa akan membawa dampak yang tidak kita harapkan. Oleh karena itu kami mencoba mengingatkan sebagai bentuk amar maruf nahi mungkar demi kepentingan bangsa,” ungkapnya.
Ia, kemudian bercerita soal reformasi 98 yang menghadirkan TAP MPR Undang-undnag tentang kehidupan bernegara yang bebas dari KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme). Menurutnya, pemerintah sekarang mulai kehilangan semangat anti KKN sesuai TAP MPR tersebut.
“Banyak perilaku dan aktivitas politik yang kita sangat prihatin sebetulnya seperti keputusan MK, pelemahan KPK. Bagi kami ini hal-hal yang harus dapat penyiaran dari publik,” ungkapnya.
Aplaagi, sebutnya, dalam masa Pemilu 5 tahunan sebagai agenda demokrasi, pohaknya mengaku khawatir jika Pemilu tidak dipercaya oleh rakyat, maka terjadi deligitimasi.
“Mudah-mudahan pihak berkepentingan mendengan suara-suara moral, kita tidak ada hubungannya dengan paslon tertentu, politik. Kita berjalan dalam aspek moral,” tegasnya.
Adapun, pembacaan Petisi Linggarjati sendiri diikuti oleh berbagai elemen kyai dan akademisi. Nampak terlihat tokoh-tokoh seperti dari NU, Muhammadiyyah, dan MUI. Juga nampak akademisi perwakilan dari semua kampus yang ada di Kuningan.
“Tapi kami hadir kesini bukan dalam konteks lembaga, ini adalah suara pribadi yang kebetulan kami tergabung dalam ormas besar, forum kyai dan dai. Kemudian akademisi semua hadir baik Uniku, Unisa, STKIP, dan STIkes,” tuturnya.
Di akhir, ia juga menjelaskan kenapa pembacaan petisi mengambil Gedung Naskah Linggarjati. Karena, tempat tersebut adalah tempat bersejarah. Harapannya, suara-suara tersebut ingin lebih di dengar terutama pihak terkait. (eki)