KUNINGAN (MASS) – MPL, siswi kelas 3 SMA N 1 Mandirancan ini masih terbaring di kasur. Bukan hanya istirahat untuk luka fisik akibat 3 tusukan di lengan dan badan, ia juga istirahat sembari menenangkan pikiran dan kekalutannya.
Hal itulah yang terlihat dari korban penusukan di kelas, MPL, warga Desa Randobawailir Kecamatan Mandirancan, sehari setelah kejadian mengerikan di sekolahnya.
Ia, terus ditemani pihak keluarga. Korban, juga terus didatangi tetangga yang datang menjenguk dan ingin tahu kondisinya.
Pihak keluarga, melalui kakak ipar korban, Enda, menerangkan bagaimana kejadian itu berlangsung. Ternyata, sebelumnya sudah ada rangkaian teror dan ancaman kepada korban.
“Awalnya saya juga gak tau kalo adik ipar saya ada hubungan sama R,” ujarnya mengawali cerita.
Ia, baru tahu hal itu sekitar bulan lalu. Saat itu, jelang tengah malam, R, sempat menggeber suara motor di depan rumahnya. Ia yang tengah istirahat terganggu, pun sang mertua yang memiliki jantung. Belum lagi anaknya yang masih usia 3 tahunan.
Saat itulah, mertua perempuannya bilang, kalau lelaki itu adalah yang selama ini tengah mendekati korban, namun korban sudah tidak mau didekati lagi.
Baca : https://kuninganmass.com/ngeri-ada-aksi-penusukan-siswi-di-sekolah/
Enda, kemudian meminta adik iparnya untuk memblokir komunikasi saja kalo memang sudah tidak ada hubungan. Apalagi, dari chat-chatnya, terbilang mengancam.
Bahkan, lanjutnya, ada chat yang menunjukkan si pria mengancam akan melakukan pembakaran rumah kalo chatnya terus tak dibalas, dan atau telponnya tak diangkat.
“Besok paginya, saya samperin ke rumah (kediaman) neneknya. Terus di rumahnya ada neneknya aja,” ungkapnya sembari meniru kata-kata nenek, bahwa saat itu si pria sudah keluar dari pagi.
Saat itulah, Enda sebagai keluarga, menceritakan apa yang terjadi pada sang nenek. Enda, meminta agar lelaki itu tak lagi mengganggu malam-malam, tak usah mengancam lagi. Menerima kabar itu, sang nenek meneruskan cerita R, pada orang tua R yang ada di Jakarta.
“Besoknya R ke rumah, bawa temennya, minta maaf ke keluarga, dia ngaku salah gurang-gerung disini. Nyebut gak bakal ganggu si M lagi. Eh besoknya ngechat lagi ke temennya M, ancaman lagi, minta dibuka blokiran,” sebutnya.
Dikatakan Enda, R ternyata sudah 3 kali masuk ke sekolah, meminta blokirannya dibuka oleh korban. Enda juga mempertanyakan kenapa orang luar sekolah bisa lolos sampai 3 kali. Setelah itu, pihak keluarga memilih melaporkannya ke wali kelas dan guru.
“Ketiga kali, (kami) ngobrol ke wali kelasnya, Pak Budi, ada guru BK juga Bu Anggita,” imbuhnya.
Enda mengatakan, kala itu ia diberi tahu bahwa ternyata pihak sekolah sudah tahu sosok R. Ia alumni lulusan covid dan terbilang murid yang punya catatan.
“Saya wanti-wanti adik saya disini, kan di sekolah, jadi tanggung jawab sekolah. Saya kasih tahu fotonya (R), ternyata udah tahu pihak sekolah,” terangnya.
R, sempat kembali ke Jakarta. Tapi, Enda kemudian menemui lagi ke nenek R karena ternyata, pria itu membuat postingan ancaman yang dipost di Instagram.
“Tolong dihapus kata saya tuh (via neneknya), karena mental adek saya terganggu. Malah dijauhin temen-temennya, ketakutan,” akunya.
Saat di rumah itulah, ia juga sempat tersambung dengan keluarga R yang lain. Cerita ancaman itu, disampaikan juga via telpon. Kerabatnya sudah memasrahkan jikapun harus berurusan dengan hukum. Yang penting tidak menganggu nenek.
Cerita yang sama, juga disampaikan ke ibu R. Dikatakan Enda, ibu R juga sampai menangis saat diceritakan hal tersebut.
Setelah ke Jakarta, R pulang lagi. Saat itu suasana mulai kembali memanas. Enda bercerita, sempat saat ia makan bakso dengan sang istri yang notabene kakak langsung korban, mereka didatangi R.
R, tak terima merasa neneknya dibawa-bawa kena omongan oleh istri Enda. Kakak perempuan korban itu, bukan tanpa alasan mendatangi nenek R. Ia geram, R tak kunjung menghapus postingan ancaman pada sang adik.
Agar tak jadi masalah di tempat umum, Enda memilih mengajak semua ke rumahnya untuk berunding.
“R minta istri saya minta maaf ke neneknya,” ucap Enda, sembari mengatakan istrinya tak mau minta maaf karena merasa tidak salah.
Malam itu, mediasi juga sempat menghadirkan dari kepolisian. Tapi tak ada titik terang soal hal tersebut. R, diberi peringatan agar tak lagi mengancam. Satu sisi, ia keukeuh minta istri Enda, kakak perempuan korban, meminta maaf karena neneknya kebawa-bawa.
“(Malem udah diberi peringatan) Kalo ngancam ngancam deui wayahna mau dilanjut (ke ranah hukum). Besok paginya (malah) kejadian (penusukan di dalam kelas di sekolah) jam 07.15 lah,” tuturnya.
Korban sendiri, MPL, sempat dibawa ke Puskesmas karena 3 tusukan. Ia bahkan harus menerima 9 jahitan. Pasca kejadian, Enda juga mengaku kalo dari desa dan sekolah sempat menjenguk.
“Saya sih proses hukum aja, dari awal udah baik-baik ngomong,” jawabnya di akhir saat ditanya apa yang akan dilakukan pihak keluarga, pasca kejadian tersebut. (eki)