KUNINGAN (Mass) – Arif Budiman, si Penghafal 30 juz Al Qur’an itu, rupanya tidak begitu berminat menghafal Qur’an pada awalnya. Bahkan dirinya ingin menjadi pemain bola profesional. Begini kisahnya.
Arif Budiman merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara putra pasangan H Didi Ahmadi (alm) dan Siti Nur Badriyah. Orang tuanya tinggal di Desa Sidamulya Kecamatan Jalaksana. Sebelum masuk pesantren, ia sama sekali tidak berminat menghafal Al Qur’an.
Remaja yang kini duduk di bangku kelas 9 itu, daftar ke Husnul karena tertarik dengan santri Husnul yang pernah ia jumpai di desanya. Sementara keinginan untuk menghafal itu tumbuh ketika pesantren mengadakan Daurah Al Qur’an. Dengan Daurah itu dirinya jadi tahu keutamaan penghafal Qur’an.
“Saya jadi tahu keutamaan penghafal Qur’an. Diantaranya ahli qur’an itu akan menjadi keluarga Allah dan akan memberikan mahkota bagi orang tua di akhirat kelak serta bisa memberikan syafaat,” ujar Arif.
Namun saat keinginanya tumbuh ternyata tidak segera terwujud. Arif tidak lulus saat mendaftar program Takhasus Qur’an karena baru hafal setengah juz dari syarat 2 juz yang ditentukan.
Arif pun tak patah semangat, sampai akhirnya mendapat kesempatan. Ustadz Yayan Bayanullah sebagai pembimbing tahfidz mengizinkan dirinya masuk kelas takhasus dengan syarat harus mengejar hafalan 2 juz.
“Saat itu dia tidak memenuhi syarat dari sisi hafalan maupun bacaaan. Namun dia berusaha selama satu bulan belajar sehingga syarat bacaan dan hafalan bisa terpenuhi dan lolos masuk takhasus,” tutur Yayan, pembimbing tahfidz.
Ketika sudah asyik dengan dunia menghafal, Ayah Arif meninggal saat dirinya semester kedua. Semangatnya mengendur dan terpikir untuk berhenti. Namun para asatid menguatkan Arif.
“Rif Ayah kamu menginginkan kamu hafal Qu’an, dia menunggu kamu hafal Qur’an,” kata Yayan menirukan seruannya kepada Arif waktu itu.
Kata-kata itu kembali menumbuhkan semangat untuk melanjutkan hafalan. Dalam keseharian, Arif bangun pukul 2 dini hari kemudian melaksanakan tahajud dan berdo’a. Setelah itu dilanjutkan dengan menghafal Al-Qur’an hingga menjelang subuh. Selepas subuh menghafal lagi hingga waktu makan dan persiapan ke sekolah.
Karena di pesantren jam pertama khusus untuk qur’an, pada jam tersebut biasa digunakan Arif menghafal atau mengulang hafalan. Kegiatan menghafal dilanjutkan lagi sepulang sekolah, selepas ashar dan magrib. Baru setelah Isya Arif menyetor hafalan ke Ustadz yayan selaku pembimbing.
Kegiatan itu terus dlakukan sehingga kini ia bisa merasakan manisnya hafal Al Qur’an. Kini usaha kerasnya telah menghadirkan kebahagiaan bagi orang tua, guru dan keluarga serta almamater Husnul Khotimah II Pancalang.
Siti Nur Badriah yang mendampingi Arif merasa bangga dan bersyukur memeiliki anak yang shaleh, berbakti kepada orang tua. Menuurutnya Arif anak yang tekun dan rajin ke masjid.
“Arif itu anaknya rajin, penurut dan kalau sholat selalu minta ke masjid. Kalau liburan juga dia senang ke masjid,” ungkap Siti yang kerap menyupport niat baik anaknya itu. (deden)