KUNINGAN (MASS) – Ramadhan yang merupakan bulan pelatihan pembentukan kepribadian Muslim yang bertakwa (QS Al-Baqarah [2]: 183) telah meninggalkan kita. Banyak kenangan yang ditorehkan selama Ramadhan tersebut. Pertanyaannya, apa indikator keberhasilan seseorang dalam mengikuti pelatihan selama Ramadhan?
Keberhasilan orang yang berpuasa Ramadhan bukan dilihat dari aktifitasnya selama bulan Ramadhan, akan tetapi sejauhmana ia dapat mengimplementasikan nilai-nilai Ramadhan itu pada sebelas bulan berikutnya.
Bulan Ramadhan merupakan start menuju perubahan, baik dalam skala individu, keluarga maupun masyarakat. Perubahan secara vertikal maupun horizontal. Perubahan menuju perbaikan dalam pelbagai dimensi kehidupan adalah keniscayaan.
Saat berpuasa, misalnya, kita dilarang melakukan hal-hal yang hakikatnya halal apabila dilakukan pada siang hari selain Ramadhan, seperti makan dan minum. Maka usai Ramadhan kita harus komitmen untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang jelas asal usulnya.
”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 168).
Saat berpuasa dianjurkan untuk menghindari setiap perkataan kotor. Maka usai Ramadhan kita harus komitmen dengan ucapan yang baik dan berusaha menjauhi segala bentuk permusuhan dan menyakiti orang lain.
Rasulullah SAW bersabda: ”Bisa jadi seseorang mengatakan satu kalimat yang dimurkai Allah, suatu kalimat yang menurutnya tidak apa-apa. Akan tetapi, dengan sebab kalimat itu dia jatuh ke neraka selama tujuh puluh tahun.” (HR Ahmad).
Saat berpuasa dilatih untuk gemar berinfak. Maka usai Ramadhan kita harus komitmen untuk peduli terhadap mereka yang membutuhkan pertolongan. Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Aisyah, halangilah dirimu dari neraka meskipun dengan sebiji kurma, karena hal itu bisa menutupi orang lapar dari kelaparan.” (HR Thabrani).
Saat berpuasa dilatih untuk disiplin dengan sahur dan berbuka pada waktu yang telah ditentukan. Maka usai Ramadhan kita harus komitmen untuk senantiasa disiplin waktu.
Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats-Tsauri, “Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.” (Shifatush Shofwah)
Begitu seterusnya, Ramadhan berpotensi memberikan warna perubahan ke arah yang lebih baik. Seorang yang berhasil dalam mengikuti pelatihan dan pendidikan selama Ramadhan akan menjadi manusia yang mampu memberikan manfaat seluas-luasnya bagi umat.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.” (HR Muslim).
Semoga Allah membimbing kita agar menjadi manusia yang selalu memberikan manfaat dan kebaikan kepada orang lain. Amin.
H. Imam Nur Suharno, SPd, SPdI, MPdI
dan Hj Siti Mahmudah, SPdI, MPd Pembina dan Penceramah Majelis Taklim Ibu-Ibu di Kuningan, Jawa Barat