KUNINGAN (MASS) – Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengkritisi pernyataan Presiden Jokowi mudik bahwa mudik kebaran tahun ini, tak akan ada masalah.
“Jumlah pemudik capai 123 juta ! Insyaallah tak ada masalah karena semua sudah diatur” demikian harapan Presiden Jokowi yang disampaikan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (13/4/2023).
CEO Narasi Institute itu mengatakan, entah apa yang menjadi dasar prediksi Presiden tersebut. Namun melihat manajemen penanganan mudik saat ini, seharusnya Pemerintah perlu panik.
Pasalnya, tidak ada perubahan signifikan dalam manajemen penanganan mudik, tidak ada ruas jalan raya baru mudik, tidak ada moda transportasi laut baru dan tidak ada penyebrangan baru yang berbeda dari tahun 2022 kemarin.
“Prediksi Pemudik mencapai 123 juta itu artinya hampir 50 persen penduduk Indonesia pergi ke kampung halamannya. Ini adalah travel rutin tiap tahun terbesar dalam sejarah migrasi bangsa Indonesia,” ujarnya baru-baru ini.
Setelah Covid19 sampai 2022 lalu, lanjutnya, mudik lebaran selalu diwarnai kemacetan panjang di ruas tol. Hal ini disebabkan banyaknya kendaraan pribadi yang melakukan perjalanan pulang kampung secara serentak, sehingga menyebabkan peningkatan volume kendaraan di jalan raya dan tol dan kemacetan panjang pun yang terjadi.
Dikatakan Achmad, untuk mengurangi kepadaan arus mudik, BUMN PT Jasa Marga (Persero) Tbk memberikan diskon 20% untuk jalan tol Jakarta-Cikampek dan Tol Cipularang-Bandung, Minggu besok (16/4/2023) hingga Selasa, 18 April 2023 pukul 06.00 WIB.
“Diskon tersebut diharapkan publik menggunakan 3 hari tersebut untuk mudik sehingga mengurangi puncak kemacetan pada Rabu (H-4), Kamis (H-3), Jumat (H-2) dan Sabtu (H-1). Sayangnya untuk arus mudik diskon hanya berlaku 3 hari dan tidak dimasa puncak arus mudik,” tuturnya.
Diskon tersebut, kata Achmad, tidak akan mengurai kemacetan pada puncak mudik. Dengan kenaikan pemudik sampai 45 persen dari 86 juta menjadi 123 juta orang pada 2023 ini, kemacetan mudik tahun ini diprediksi menjadi yang terparah karena ketiadaan kebijakan baru yang mampu mengantisipasi kemacetan tersebut.
“Begitu juga dengan arus balik. Karena Diskon 20 persen arus balik diberikan pada Kamis, 27 April 2023 pukul 06.00 WIB hingga Sabtu, 29 April 2023 pukul 06.00 WIB dimana tidak dalam puncak arus balik. Maka kebijakan diskon juga tidak mampu mengurangi kemacetan pada tahun ini,” kata Achmad.
Setelah memaparkan apa yang terjadi, Achmad Nurhidayat memberikan solusi untuk arus mudik.
Iaulai meneranhkan bahwa pemberian diskon 20 persen Jasa Marga untuk Tol di hari luar puncak arus mudik dan arus balik, memberikan kesan bahwa Jasa Marga dan pengelola jalan tol lainnya memang ingin mengeruk untung berlipat di masa lebaran 2023 daripada ingin mengurai kemacetan.
“Padahal sebagai BUMN seharusnya mereka membantu memikirkan mengurai kemacetan diatas kepentingan profit semata,” tuturnya.
Bukan tanpa alasan, Achmad Nurhidayat menjelasakan kemacetan parah biasa terjadi pada H-5 yaitu jatuh pada Senin (17/4) sampai H+7 lebaran atau Sabtu (29/4). Dan puncak kemacetan berdasarkan pengalaman tahun lalu adalah H-3 untuk arus mudik dan H+5 untuk arus balik.
“Untuk menghindari kemacetan parah terutama di pintu penyebrangan Kapal di pelabuhan ratu dan Tol ke arah timur Jakarta maka seharusnya pemerintah menggratiskan jalan TOL,” kata Achmad.
Achmad juga memperhitungkan kapan mestinya kebijakan itu dilakukan. Program menggratiskan jalan tol hendaknya jangan dilakukan satu atau dua hari melainkan dalam periode kisaran puncak arus mudik dan arus balik.
“Memberikan jalan tol Rp Nol Rupiah seharusnya diberikan dari Senin (17/4) sampai Selasa 25/4 atau H-5 sampai H+2,” sebutnya.
Achmad sendiri mengatakan, Jasa Marga memperdiksi bahwa puncak arus mudik di Jalan Tol Jakarta-Cikampek (Km 66) diperkirakan akan jatuh pada H-3 atau pada Rabu, 19 April 2023, Sedangkan puncak arus balik diprediksi terjadi pada H+2 atau pada Selasa, 25 April 2023.
“Karena periode Puncak mudik Rabu 19/1 dan puncak balik Selasa (25/4), maka tepat bila penggratisan tol mulai Senin (17/4) sampai Selasa (25/4),” imbuhnya.
Di akhir, ia menerangkan lebih detail apa mangaat dari Tarif Tol Nol Rupiah. Bukan hanya untuk mengurai kemacetan, tapi juga membantu pertumbuhan ekonomi.
“Jalan tol yang gratis pada waktu puncak kemacetan yaitu pada H-5 sampai H+7 akan membantu publik berkendara lebih fleksibel di luar waktu kemacetan,” ungkap.
Bagi pekerja yang cuti mudiknya mulai senin mereka akan memilih di senin 17/4, mereka akan menikmati tol yang gratis. Bagi pekerja swasta yang waktu cutinya baru diberikan menjelang hari lebaran, mereka mudik H-1 dimana masih dalam waktu Tol Gratis juga.
Selain dapat mengurangi kemacetan, lanjut Achmad, pemberian tol gratis juga untuk membantu beban masyarakat dan meningkatkan daya beli masyarakat.
“Ekonomi 2023 diprediksi melemah sehingga pemberian tol gratis merangsang publik untuk spending terutama bagi kalangan menengah bawah dimana cost transportasi mereka dapat berkurang dan akhirnya spending dapat meningkat 10-25%,” kata Achmad.
Strategi seperti ini, lanjutnya, bermanfaat doubel selain mengurangi kemacetan juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ia mencontohkan, kebijakan memberikan tarif Nol bagi ruas jalan tertentu juga terjadi di China pada tahun baru imlek, dan di AS pada Tahun Baru dan Natal.
Selain untuk mengurai kemacetan, pemberian jalan tol gratis juga dimaksudkan untuk membantu meningkatan daya beli masyarakat.
“BUMN Pengelola Tol jangan serakah, alih-alih hanya memberikan diskon kecil di luar arus puncak mudik dan arus balik, sebaiknya mereka mengratiskan jalan tol. Para pemangku kepentingan perlu memikirkan ulang kebijakan diskon tol dengan menggratiskan Tol,” jelasnya.
Presiden bersama Menhub, MenPUPR dan MenBUMN, lanjut Achmad, perlu mencari jalan mengurai kemacetan parah di tengah lonjakan pemudik 123 juta penduduk tahun 2023 sekaligus membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah kelesuan ekonomi 2023. (eki/rl)