Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Netizen Mass

Ramadan Tanpa Khilafah

KUNINGAN (MASS) – Ramadan dari tahun ke tahun dalam sistem kapitalis selalu ada berita yang harus dikritisi. Pertama penetapan hari pertama Ramadan dan idul fitri, kedua kaum muslimin selalu diberi THR kenaikan harga bahan-bahan pokok. Bagimana bisa beribadah dengan nyaman dan tenang, sedangkan kaum muslimin selalu disuguhi masalah yang sangat membutuhkan peran negara.

Pertama, dalam penetapan idul fitri tahun ini, 1443 H terjadi kesalahan menetapkan. Dilansir bali.jpnn.bali-terkini, 3 april 2022,
“Hilal Terlihat 2 April di 10 Lokasi, BMKG: Untuk Koreksi Data Hisab”. Sedangkan hari pertama puasa ditetapkan tanggal 3 april 2022, padahal tanggal 3 april hilal sudah bisa dilihat dengan mata telanjang.

Sungguh sangat membuat kaum muslimin bingung, padahal mereka akan manut mengikuti ketetapan pemerintah, tetapi yang dipercaya menetapkan salah langkah. Ini menunjukkan banyak umat yang masih belum faham bahwa penentuan hari pertama puasa dan idul fitri sangat dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama ilmu fikih, kedua ilmu sains dan ketiga peran negara.

Pertama ilmu fikih, Hadist muttafaq alaihi (diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim) yang berbunyi:

Advertisement. Scroll to continue reading.

 حدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

“Berpuasalah kalian pada saat kalian telah melihatnya (bulan), dan berbukalah kalian juga di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka genapkanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari: 1776 dan Imam Muslim 5/354) 

Dalam kita Furu’ Milik ibn Muflih fiqh madzhab Hambali juz 4 hal 426 disebutkan:

َإِنْ ثَبَتَتْ رُؤْيَتُهُ بِمَكَانٍ قَرِيبٍ أَوْ بَعِيدٍ لَزِمَ جَمِيعَ الْبِلَادِ الصَّوْمُ ، وَحُكْمُ مَنْ لَمْ يَرَهُ كَمَنْ رَآهُ وَلَوْ اخْتَلَفَتْ الْمَطَالِعُ

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Apabila bulan telah terlihat dalam suatu tempat, baik jaraknya dekat atau jauh dari wilayah lain, maka wajib seluruh wilayah untuk berpuasa mengikuti ru’yah wilayah tersebut. Hukum ini juga berlaku bagi mereka yang tidak melihatnya sepertihalnya mereka yang melihatnya secara langsung, dan perbedaan wilayah terbit bukanlah penghalang dalam penerapan hukum ini” 

Kedua ilmu sains, tentang tata surya, bumi dan planet-planet dan perputarannya yaitu rotasi dan revolusi. Sehingga faham bagaimana hitungan 1 bulan dan kapan hari pertama pada bulan kamariah.

Salah satu hal yang sangat penting untuk diketahui dalam permasalahan penetapan awal bulan kamariah adalah karakteristik hilal dan fase-fase bulan. Hilal sebagai obyek utama dalam menentukan awal bulan merupakan benda (fenomena) angkasa langka yang tak semua orang dapat dan mampu melihatnya. Perubahan penampakan wajah bulan setiap harinya, seperti yang terlihat dari bumi, adalah sebagai akibat posisi relatif bulan terhadap bumi dan matahari. Wajah bulan nampak berbeda dari waktu ke waktu yang disebut fase-fase bulan. Fase-fase tersebut adalah:

Wane (al-mahâq), yaitu masa
sampainya bulan pada peredaran
sempurna, dimana bumi, bulan,
dan matahari dalam posisi sejajar
(pada garis bujur), yang disebut
dengan konjungsi/ijtimak (hâlah
al-iqtirân), dan nyaris tidak terlihat dari bumi dikarenakan gelap (bagian bulan yang menghadap ke bumi adalah bagian yang gelap/tidak disinari matahari).

Advertisement. Scroll to continue reading.

Konjungsi (ijtimâ’, iqtirân)
sebagai syarat awal masuknya bulan
baru adalah saat bulan berada di antara matahari dan bumi (fase wane, almahâq), dimana wajah bulan menjadi tidak tampak dari bumi. Secara detail, ijtimak merupakan pertemuan atau berimpitnya dua benda yang berjalan secara aktif. Pengertian ijtimak bila dikaitkan dengan bulan baru kamariah adalah suatu peristiwa saat bulan dan matahari terletak pada posisi garis bujur yang sama, bila dilihat dari arah timur ataupun arah barat. Pada saat itu bulan sangat sulit terlihat dari bumi dikarenakan bagian bulan yang
menghadap ke bumi adalah bagian yang gelap/tidak disinari matahari. Sekalipun ada, hilal sangat tipis sekali dan nyaris tak dapat dilihat karena bulan yang sedang berijtimak, berdekatan letaknya dengan matahari. Mengetahui saat terjadinya ijtimak sangat penting dalampenentuan awal bulan kamariah. Semua astronom (ahli hisab) sepakat bahwa peristiwa ijtimak merupakan batas penentuan secara astronomis antara bulan kamariah yang sedang berlangsung dan bulan kamariah berikutnya. (Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Aspek Astronomis Penentuan Awal Bulan Qamariyah; Karakteristik Hilal dan Plus-Minus Hisab Astronomis, (Kairo: ICMI ORSAT, 2007), h. 1-2.)

Ketiga peran negara, negara sebagai pengatur urusan umat. Negara sebagai pemimpin yang mengomando rakyat nya, seharusnya memahami ilmu sains dan dalil yang menguatkannya agar benar dalam menetapkan hari-hari yang membutuhkan ketepatan dalam penentuannya. Apalagi ketika penetapan hari raya idul fitri, haram berpuasa di hari raya.

Masalah kedua, kaum muslimin selalu diberi THR kenaikan harga bahan-bahan pokok. Negara seharusnya memberi kemudahan dan kesejahteraan bagi semua rakyat tanpa kecuali, namun bukannya memberi kemudahan dan kesejahteraan bagi kaum muslimin yang sedang menjalankan ibadah dan merayakan hari raya umat Islam yang mayoritas, malah selalu membebani rakyat dengan berbagai masalah ekonomi.

Bahan pokok yang naik biasanya gula pasir, telur, dan tepung terigu, bawang, cabe, daging sapi, daging ayam, telur dan lainnya. Kenaikan barang pokok menjelang Ramadan dan idul fitri hampir setiap tahun terjadi.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menurut teori ekonomi kapitalis, menjelang Ramadan selalu mengalami kenaikan terjadi karena permintaan lebih tinggi dari penawaran, sedangkan stok tetap. Sehingga secara alamiah akan selalu mengalami kenaikan menjelang Ramadan dan idul fitri.

Namun, kasus minyak goreng yang ramai bisa terlihat kenyataanya. Ketika harga dipatok murah, rakyat kesulitan mendapatkannya, karena banyak ditimbun. Sedangkan ketika dikembalikan ke pasar dan harga naik tinggi hampir 2 kali lipat, permintaan sepertinya banyak berkurang, kenapa harga tidak kunjung turun lagi sesuai teori ekonominya?

Oleh karena itu untuk dapat menjalankan ibadah puasa Ramadan peran negara sangat penting, tidak bisa digantikan oleh kelompok tertentu yang menetapkan hari puasa dan idul fitri maupun menstabilkan harga-harga bahan pokok agar masyarakat bisa mudah menjalankan ibadah tanpa banyak berfikir urusan ekonomi.

Wallahu’alam bishshawwab

Advertisement. Scroll to continue reading.

Penulis : Neni Susilawati
(Member Akademi Menulis Kreatif)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Netizen Mass

KUNINGAN (MASS) – Jika tanggal 1 juni disebut sebagai hari lahirnya pancasila yang didasari dari momen dicetuskannya dasar-dasar falsafah Negara oleh Bung Karno, maka...

Advertisement