KUNINGAN (MASS) – Senin, 10 Januari 2022 peserta didik serentak memulai pembelajaran pasca libur semester. Pada awal semester genap ini, sebagian sekolah akan menerapkan Kurikulum baru tahun 2022, Kurikulum Prototipe.
Kurikulum adalah pedoman pembelajaran. Pembaharuan Kurikulum merupakan sebuah keniscayaan yang tak bisa ditampik karena seiring perkembangan zaman.
Atas dasar itulah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) menggulirkan Kurikulum Prototipe di tahun 2022. Kurikulum teranyar ini diyakini mampu mengejar ketertinggalan kualitas belajar siswa yang mengalami learning loss akibat pandemik covid 19.
Pembaharuan Kurikulum memang bukan hal yang mudah melainkan melalui proses yang panjang dan analisis yang dalam. Maka, sebelum dirancang menjadi kurikulm baru, pertanyaan yang paling mendasar ialah manfaat dan kebaikan apa yang diperoleh siswa dari Kurikulum tersebut? Mengapa timbul pertanyaan demikian karena siswalah pelaku utama dalam pendidikan.
Sepanjang sejarah kurikulum di Indonesia, baru kurikulum ini (prototipe) yang memberikan keleluasaan bagi sekolah dan guru. Karena bersifat opsional, maka Pemerintah memastikan kebebasan bagi sekolah dan guru untuk memilih apakah mau menerapkan Kurikulum Prototipe (tahun 2022) atau masih ingin menerapkan kurikulum darurat (Agustus 2020) atau mungkin sekolah cocok dengan kurikulum 2013.
Dari kasus di atas, tentu sekolah dan gurulah yang sejatinya mengetahui kondisi di lapangan, kurikulum apa yang sebaiknya digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di satuan pendidikan tersebut tapi tetap mengacu kepada standar nasioal pendidikan sebagai wujud dari konsep merdeka belajar.
Saat ini Kurikulum Prototipe sedang dalam tahap implementasi di beberapa sekolah penggerak sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP Kemendikbud-Ristek) Anindito Aditomo bahwa kurikulum prototipe ini sedang diimplementasikan terhadap 2500an sekolah penggerak dan program guru penggerak tahun ini.
Hasilnya, memang tidak bisa instan, kiranya baru dapat dirasakan dua atau tiga tahun kedepan sambil menunggu evaluasi kurikulum nasional yang akan dilaksanakan pada tahun 2024.
Kita tahu bahwa kunci kesuksesan sebuah kurikulum ada pada guru. Ada sebuah ungkapan bahwa serumit apapun kurikulum jika berada ditangan guru yang kompeten maka keberhasilan belajar akan dicapai tapi sebaliknya sebagus apapun kurikulum jika berada di tangan guru yang tidak kompeten maka tujuan belajar mustahil dicapai. Pandangan ini memiliki implikasi moral bahwa guru sebagai ujung tombak keberhasilan sebuah kurikulum.
Sayangnya, saat ini, masih banyak guru yang awam terhadap kurikulum prototipe. Tidak saja di pelosok daerah, di kota besar pun, masih ada guru yang belum mengetahui konsep kurikulum prototipe ini. Selain itu, ada sebagian guru yang sudah mengetahui adanya kurikulum baru namun belum memahami konsep kurikulum tersebut dengan utuh.
Oleh karena itu, pemerintah harus gencar mensosialisasikan kurikulum prototipe ini secara merata ke seluruh sekolah dan memberikan pelatihan kepada guru agar memahami kosep kurikulum secara utuh.
Kita berharap, dengan hadirnya kurikulum baru ini jurang kesenjangan belajar siswa akibat pandemi tidak semakin mendalam dan pemulihan belajar siswa bisa lebih cepat terwujud.***
Penulis : Desi Sukmawati
Guru SD Negeri 1 Cirendang, Kabupaten Kuningan