KUNINGAN (MASS) – Ubi jalar adalah makanan yang cukup lumrah di Kuningan. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan Hanaya, ketua koperasi Sri Mandiri Desa Sembawa Kecamatan Jalaksana yang sejak tahun 2009 lalu, memproduksi olahan dari ubi jalar.
Bahkan, olahan andalannya Gemblong Ubi Ungu, kini menjadi produk yang diperhitungkan di pasaran.
Bukan hanya mengisi outlet oleh-oleh saja, produknya itu bisa kita temukan di minimarket-minimarket se wilayah 3 Cirebon.
“Produk kita banyak variannya. Ada olahan ubi jalar ungu, olahan ubi putih, ada juga varian rasa seperti udang, jengkol, sayur dan cokelat. Kita ada olahan pisang juga bayem,” ujarnya sembari menunjukan beberapa produk yang dikeluarkannya.
Selain gemblong, produk olahannya juga beragam. Mulai dari tepung, aci, kremes dan tengah memproduksi gamyong (seperti bihun) juga.
“Bahkan (untuk produk tertentu) kita sudah ada permintaan ekspor Korea dan Italy. Kendalanya justru bukan bahan baku, karena kalo bahan baku kita kerjasama dengan para petani, banyak,” sebutnya kala diwawancara beberapa waktu lalu.
Diakuinya, beberapa permintaan yang banyak masih belum bisa disuplainya karena produksi di tempatnya masih serba manual. Produksinya, kebanyakan hanya menggunakan keterampilan tangan, belum banyak menggunakan mesin.
Dalam sehari, produksi di tempatnya bisa menghabiskan bahan baku sekitar 100 kg atau menghasilkan 55-60 kg produk.
Produksi itu, dikerjakannya dengan anggota/karyawan sekitar 8 orang.
Di Desa Sembawa, lanjutnya, ada banyak petani dengan luas lahan 125 hektare area pertanian. Banyak dari petani, yang bekerjasama dengan koperasinya.
“Harapannya bisa terus menambah produk/varian. Bisa menjual produk tepung ubi lebih banyak, ini antisipasi harga ubi jalar turun, dan memang pernah perkilonya sampai 800 rupiah. Dan kalo sudah dibuat tepung harganya bisa tetap keangkat. Bisa menambah pemberdayaan pekerja juga,” ujarnya.
Kepada pemerintah, dirinya berharap untuk tetap membantu dan mendukung UMKM supaya bisa meningkatkan daya beli.
Selain itu, dirinya juga berharap UMKM bisa dibantu entah itu dari moderniasi alat, sampai legalitas.
“Kita sudah ada tawaran ekspor, cuman belum lengkap legalitas seperti HACCP atau barcode (internasional). Insya allah kalo semua sudah mendukung, kita siap ekspor. Kita siap bersaing (di pasar luar negri),” tuturnya optimis. (eki)