KUNINGAN (MASS)- Zaman sudah berubah. Kemajuan teknologi juga sudah dirasakan hampir seluruh masyarakat.
Begitu pun dunia usaha. Bukan hanya para pelaku usaha muda, para pengusaha usia lanjut pun ‘dipaksa’ transisi ke teknologi.
Apalagi saat ini, saat semua transaski langsung serba ditekan karena pandemi, mau tak mau masyarakat harus segera beradaptasi dengan teknologi.
Hal itu juga yang tengah dilakukan Nining Rohini, perempuan setengah baya asal Desa/Kecamatan Subang yang sejak beberapa tahun belakangan memproduksi telor asin.
Seperti yang kita tahu, telor asin sendiri merupakan olahan makanan dari telur bebek yang ada sejak lama. Dulu, telor asin dipasarkan hanya di warung, di pasar, atau dijajakan ke rumah.
“Sekarang, pasar saya malah ada di WhatsApp,” ujarnya pada kuninganmass.com beberapa waktu yang lalu.
Nining sendiri, selama ini memproduksi telor asin sendiri. Dirinya membeli telur mentah, lalu mengasin telur hingga 10 hari sebelum akhirnya direbus dan diedarkan.
Namun kini, setelah terutama saat pandemi, Nining mulai membuka mitra usaha dengan pengrajin lain yang kualitasnya setara.
Kualitas rasa dan masirnya telur, sangat berpengaruh pada kepuasan pelanggan.
Membuka mitra usaha itu, selain saling memberdayakan di bidang ekonomi, juga untuk saling menutupi kebutuhan pasar ketika membludak.
“Karena mungkin yang ‘ngasin’ itu kan hasilnya berbeda. Ada resep-resep yang tidak bisa disebutkan umum selain garam dan bubuk bata/tanah,” terangnya.
Telur asin Nining memang sudah cukup dikenal di tiga Kecamatan. Meski sempat terhenti, kini Nining mulai memproduksi dan mengedarkanya kembali. Tentu saja, dengan bantuan teknologi di medsos dan aplikasi chat.
“Mudah-mudahan terus berkembang dan membesar. Semoga dengan semakin besar, juga semakin bermanfaat karena melibatkan banyak orang disana (membuka lahan pekerjaan, red),” ujarnya penuh harap. (Eki)