KUNINGAN (MASS) – Desa Cisantana, yang terletak di lereng Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dikenal sebagai desa yang kaya akan budaya lokal dan potensi ekonomi kreatif. Salah satu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menonjol di desa ini adalah Rumah Gemblong. Usaha kuliner tradisional ini telah beroperasi selama lebih dari dua dekade dan berperan penting dalam mempertahankan eksistensi makanan khas Sunda.
Rumah Gemblong memproduksi cemilan tradisional yang dikenal sebagai gemblong, yang terbuat dari bahan dasar ubi dan singkong. Didirikan oleh sebuah keluarga, usaha ini bertujuan untuk menghidupkan kembali kuliner lokal yang mulai terlupakan. Dengan kualitas rasa yang konsisten dan pengelolaan yang teliti, Rumah Gemblong kini telah dikenal luas ke luar daerah.
Yang unik disini cemilan gemblong yang diproduksi dengan dua varian rasa yang menggugah selera. Pertama, ada Gemblong Manis yang dilapisi gula merah cair yang legit dan beraroma khas. Kedua, Gemblong Asin yang memiliki cita rasa gurih, dibalut kelapa parut berbumbu. Kedua varian ini menjadi favorit masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.
Bahan baku untuk produk ini berasal dari pertanian lokal, seperti ubi dan singkong, yang diolah dengan cara tradisional namun tetap mengedepankan kebersihan dan higienitas. Proses produksi dilakukan secara gotong royong oleh ibu-ibu setempat, yang tidak hanya membantu dalam pembuatan gemblong, tetapi juga menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara mereka. Setiap harinya, Rumah Gemblong mampu memproduksi sekitar satu kwintal gemblong.
Lebih dari sekadar unit produksi makanan, Rumah Gemblong berperan sebagai pendorong ekonomi kerakyatan. Dengan melibatkan warga sekitar, terutama perempuan, usaha ini membuka lapangan pekerjaan dan membantu menciptakan kemandirian ekonomi di masyarakat desa. Selain itu, Rumah Gemblong juga berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan kuliner tradisional di tengah arus modernisasi yang kian pesat.
Namun, perjalanan Rumah Gemblong tidak terlepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah pemasaran yang terbatas secara digital, sehingga jangkauan produk masih sempit. Selain itu, pengemasan produk yang masih sederhana belum mampu menarik perhatian konsumen. Keterbatasan akses permodalan juga menjadi hambatan untuk ekspansi usaha atau peningkatan fasilitas produksi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Rumah Gemblong memiliki harapan dan rencana pengembangan ke depan. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain peningkatan branding dan pemasaran digital melalui media sosial dan marketplace. Selain itu, bantuan dalam desain kemasan yang modern namun tetap mempertahankan unsur tradisional juga sangat dibutuhkan.
Rumah Gemblong merupakan contoh konkret UMKM desa yang mampu menghidupkan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. Melalui pemanfaatan bahan alami, resep warisan, dan semangat gotong royong, usaha ini membuktikan bahwa kuliner tradisional bisa tetap eksis sambil memperkuat ekonomi masyarakat dari akar rumput. Dengan dukungan yang tepat, Rumah Gemblong berpotensi untuk menjadi ikon kuliner tradisional yang bisa menasional. (raqib/mgg)
