Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Tradisi Kuliner Nasi Bogana Kesultanan Cirebon Berasal dari Sejarah Sangkanhurip Kuningan

KUNINGAN (MASS) – Tradisi menyambut Isra Mi’raj di kesultanan Cirebon biasa dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Rajaban, ditengah-tengah tradisi Rajaban Kesultanan Cirebon memiliki cara tradisi unik sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah-SWT.

Dalam suasana Rajaban biasanya dihidangkan makanan Khas Cirebon bernama Nasi Bogana, awal mula terciptanya nasi bogana pada saat Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) berkunjung ke daerah Sangkanhurip, Kuningan. Dikisahkan di daerah Sangkanhurip dilanda kemarau, sehingga masyarakat di daerah tersebut tidak bisa memanen areh. Masyarakat meminta Sunan Gunung Jati mendoakan agar daerah tersebut tidak lagi dilanda kemarau, atas ijin Allah SWT daerah tersebut tidak lagi dilanda kemarau dan masyarakat dapat kembali memanen areh. Selanjutnya masyarakat berpikir untuk membuat suguhan sebagai rasa terimakasih untuk Sunan Gunung Jati, maka terciptalah nasi bogana. Nasi beserta lauk pauk yang tersedia di setiap rumah atau dengan seadanya lauk yang tersedia.

Nasi bogana juga mempunyai makna “abdi bogana saha?” artinya saya ini
kepunyaan siapa. Maknanya adalah semua ini kepunyaan yang satu, yaitu Allah
SWT. Tujuan dari makna ini adalah agar kita selalu mengingat dan bertawakal kepada
Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan sebagai pemberi rezeki.

Para pemasak diharuskan memakai baju adat Cirebon secara lengkap saat
proses pembuatan nasi bogana. Untuk pemasak laki – laki memakai baju beskap
lengkap, yaitu baju khas Cirebon beserta kelengkapannya, sedangkan para pemasak
perempuan memakai kebaya khas Cirebon beserta kelengkapanya. Para pemasak
juga sudah mempunyai tugas masing – masing, biasanya para pemasak laki – laki
mempunyai pekerjaan yang lebih berat, seperti mencuci beras dan memasak nasi.
Pemasak perempuan mendapat tugas yang lebih ringan, seperti mencuci dan
memotong bahan masakan, serta mencuci peralatan jika sudah selesai memasak.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Pada saat memasak, para pemasak membaca sholawat di dalam hati sambil
terus menerus memasak. Saat proses memasak, ada dupa yang di bakar di setiap
sudut ruangan. Tidak ada tujuan tertentu maupun makna dibalik proses ini, hanya
saja ini merupakan kegiatan yang sudah dilakukan turun temurun dan merupakan
asimilasi dari budaya yang telah ada dari sebelum masuknya Islam ke Cirebon.

Resep yang digunakan pada pembuatan nasi bogana sudah aja sejak jaman
Sunan Gunung Jati dan turun temurun. Pada resep ini, disetiap ukuran bahan
masakan ada maknanya yaitu 5 butir menandakan 5 rukun islam, 1 sendok makan menandakan ke Esa-an, 6 butir menandakan 6 rukun iman, 2 butir menandakan
bahwa manusia selalu hidup berpasangan.

Umumnya Keraton membuat beberapa tumpeng nasi bogana, satu untuk
dimakan oleh Sultan, kerabat dan para abdi dalem, beberapa lainnya untuk dibagikan
kepada masyarakat. Selanjutnya nasi bogana dibacakan doa kembali oleh para
penghulu dan Sultan, setelah itu nasi bogana dibagikan kepada masyarakat. Ada
beberapa kerabat dan abdi dalam yang bertugas membagikan nasi tersebut.
Nasi bogana yang akan dimakan untuk Sultan, kerabat dan para abdi dalem,
diletakan di griya Prabayaksa yaitu halaman depan bangunan yang biasanya dipakai
untuk penyambutan jika ada tamu datang. Tidak ada cara khusus untuk memakan
nasi bogana.

R Hamzaiya

Advertisement. Scroll to continue reading.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Government

KUNINGAN (MASS) – Dalam kunjungan kerjanya ke Kodim 0615/Kuningan Jumat (25/3/2022) kemarin, Danrem 063/SGJ Kolonel Inf Dany Rakca S.A.P angkat bicara saat ditanya perihal...

Headline

CIREBON (MASS) – Analogi suara adzan-gonggongan anjing yang dilontarkan Menteri Agama RI Gus Yaqut Cholil Qoumas rupanya membuat kecewa Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja,...

Education

CILIMUS (MASS) – Haul Abah Mutawally dan Peresmian Ruang Kelas Baru (RKB) PonPes Kuliyatul Mu’allimin Al-mutawally, Minggu (21/7/2019) dihadiri Sultan Sepuh XIV Keraton kesepuhan...

Advertisement
Exit mobile version