KUNINGAN (MASS) – Kelangkaan dalam ilmu ekonomi ialah kesenjangan antara sumber daya yang terbatas dan permintaan yang secara teori tidak ada batasnya. Menurut Suparmoko (2007: 2) dalam buku Ekonomi 1, definisi dari kelangkaan ialah kondisi yang menunjukkan terbatasnya sesuatu, baik berupa kebutuhan maupun sumber daya.
Istilah kelangkaan pasti sudah sangat umum di dengar oleh telinga kita, Kelangkaan sendiri termasuk masalah serius yang dampaknya bisa menghambat kelancaran pemenuhan kebutuhan manusia. Secara umum, kelangkaan adalah kondisi di mana manusia akan dihadapkan padA sumber daya ekonomi yang terbatas untuk bisa memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas.
Dengan kata lain, kelangkaan adalah kondisi dimana manusia memerlukan sesuatu namun dibutuhkan usaha atau pengorbanan untuk memperolehnya. Istilah kelangkaan sendiri merujuk pada tidak adanya persediaan barang yang dicari. Hal ini karena setiap barang dan jasa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan manusianya.
Selain itu, kelangkaan akan berdampak besar dalam kegiatan ekonomi, sebab semua alat pemenuh kebutuhan manusia membutuhkan sumber daya untuk diolah. Dampak ekonomi kelangkaan sumber daya adalah produksi menurun, harga barang meningkat, dan pendapatan masyarakat menurun.
Bagi masyarakat Indonesia, sumber daya laut merupakan salah satu bahan makanan dan salah satu mata pencaharian yang sampai hari ini masih di kerjakan, kelangkaan sumber daya laut juga sangat berpengaruh pada keberlangsungan para penduduk khususnya di wilayah pesisir Indonesia. Karena selain sumber pangan bagi masyarakat luas sumber daya laut juga sebagai mata pencaharian masyarakat khususnya di pesisir.
Artikel ini menarik dibaca karena didalamnya memuat hal-hal yang berkaitan dengan kelangkaan semberdaya laut dibeberapa daerah di Indonesia sampai dampak dan cara mengatasinya.
Pasokan ikan di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat terbatas beberapa hari terakhir. Penyebab kelangkaan pasokan ikan karena banyak nelayan tak melaut akibat cuaca buruk.
Pantauan di tempat pelelangan ikan (TPI) Labuan Bajo, Minggu (25/12/2022) sore, banyak lapak yang kosong karena tak ada pasokan ikan dari nelayan. Dari puluhan lapak di sana, hanya enam lapak yang menjual ikan segar. Masing-masing lapak hanya tersedia sedikit ikan. Jenis ikan yang dijual juga sangat terbatas, paling banyak ikan jenis lajang.
“Pasokan ikan sudah berkurang di TPI. Nelayan tidak ada yang berani melaut,” kata Ifardin, salah satu pedagang ikan di TPI Labuan Bajo Hal yang sama diungkapkan pedagang ikan lainnya di TPI Labuan Bajo, Astriana. “Ikannya kurang to karena cuaca begini. Ikan lajang aja (dijual),” ujarnya.
Beberapa jenis ikan yang mengalami kenaikan seperti sarden yang biasanya dijual Rp 4.000 naik menjadi Rp 8.000 per kilogram. Tenggiri dari biasanya Rp 15.000 naik menjadi Rp 30.000 per kilogram.
Kenaikan harga juga terjadi pada cumi, dari Rp 40.000 menjadi Rp 60.000 per kilogram. Seorang ibu rumah tangga, Nita, mengaku kenaikan harga ikan cukup membebani ekonomi keluarga. “Untuk membeli ikan saja bisa habis Rp 100.000. Hanya buat tiga hari. Ditambah keperluan dapur yang lain. Pengeluaran bertambah,” ujar ibu tiga anak itu.
Diketahui, beberapa hari terakhir cuaca buruk melanda Labuan Bajo dan Sekitarnya. Terjadi hujan lebat disertai angin kencang. Gelombang di perairan Labuan Bajo dan sekitarnya juga tinggi. Prakiraan BMKG, cuaca buruk masih terjadi besok, Senin (26/12/2022).
Selain karena cuaca yang buruk akhir akhir ini keserakahan manusianya sendiri, penyebab terjadinya kelangkaan disebabkan oleh pencemaran dari pertambangan yang tidak ramah lingkungan dan aktivitas manusia seperti penebangan hutan dan menyebabkan sendimentasi yang merusak sarang telur telur ikan dan menangkap ikan dengan cara yang tidak benar sehingga merusak ekosistem laut.
Meningkatnya kebutuhan manusia dan keterbatanya sumber daya laut khususnya ikan menjadi masalah serius bagi sebagian masyarakat Indonesia karena kelangkaan nya sumbernya laut khususnya ikan mengakibatkan pengangguran bagi para nelayan dan meningkatnya harga ikan di pasar.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mempunyai tiga pilar dalam menopang program programnya yaitu : kedaulatan, kesejahteraan, dan keberlanjutan. Maka dari itu patut kita contoh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Pontianak bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat mengadakan Sosialisasi Konservasi Jenis Ikan yang Dilindungi dan Terancam Punah, pada (18/10).
Acara yang bertempat di Aula fakultas Perikanan dan Kelautan ini dihadiri oleh narasumber, KTU SPSPL Pontianak Drs. Muchyar, Kepala Satker BPSPL Wilayah Kalimantan Selatan Andrian Saputra, S.StPi, dan Dekan FPK ULM Ir. H. Pahmi Ansyari, M.S serta dihadiri oleh dosen, mahasiswa, staf Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalsel dan Staf Seknas Mitra Bahari Jakarta
Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para nelayan untuk melestarikan sumber daya ikan di laut, yaitu:
1. Menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan
Nelayan harus menaati peraturan pemerintah (Pasal 85 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009: perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan) untuk tidak menggunakan alat tangkap yang dilarang, seperti yang mengandung bom, cantrang, atau pukat tarik, karena alat-alat tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada dasar perairan yang berakibat buruk pada ekosistem di bawah laut.
2. Menghindari overfishing
Yang dimaksud dengan menghindari terjadinya overfishing adalah nelayan tidak boleh menangkap hasil laut berupa ikan yang masih kecil, karena ikan tersebut ditangkap tidak pada waktu yang tepat, atau dapat dibilang, terlalu dini. Hal ini dapat menyebabkan kepunahan pada ikan, apalagi jika dilakukan secara berlebihan.
3. Memperhatikan kondisi lautan
Kondisi lautan yang baik juga berdampak pada hasil penangkapan yang baik pula. Maka dari itu, nelayan juga harus menjaga laut dari pencemaran. Nelayan tentu saja tidak boleh membuang limbah, bahan bakar, atau sampah sembarangan ke laut. Hal tersebut akan meracuni bahkan merusak ekosistem yang ada di laut.
4. Memahami edukasi terkait penangkapan ikan
Dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas, tentu terdapat hal penting yang menjadi kunci utama. Secara garis besar, dari awal nelayan harus memahami seluk beluk penangkapan ikan di laut. Pemerintah juga sebaiknya memberikan penyuluhan tentang ilmu pengetahuan yang baik bagi nelayan. Setelah itu, bukan hanya memahami, tetapi nelayan kemudian diharapkan dapat merealisasikan segala ilmunya dengan baik dan benar.
Bukan hanya nelayan yang memiliki peran penting, pelestarian laut Indonesia juga tidak lepas dari dukungan pemerintah untuk memberikan kesejahteraan serta informasi yang tepat kepada nelayan, juga dukungan dari masyarakat untuk memiliki kesadaran yang tinggi, bersama-sama menjaga alam Indonesia tercinta.
Penulis : Apriyono – Mahasiswa UIN Siber Syeh Nurjati Cirebon