KUNINGAN (MASS) – Bulan Ramadhan kembali tiba di tengah kita. Pada setiap bulan Ramadhan biasanya sajian acara-acara televisi menyajikan berbagai program yang menggoda ditambah fasilitas gadget yang semakin seru. Tentu ini menjadi ujian keimanan tersendiri bagi kaum Muslimin selama menjalankan ibadah Ramadhan.
Nilai ibadah puasa bisa hilang ketika seseorang tidak dapat mempuasakan semua anggota badannya. Jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mensinyalir, banyak orang yang berpuasa, namun hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga. Hal ini terjadi ketika seseorang tidak dapat mengendalikan anggota badannya dari hal yang dapat menghanguskan pahala puasa.
Tujuan disyariatkan ibadah puasa adalah, agar orang yang berpuasa dapat mengendalikan nafsunya, sehingga mampu meraih derajat takwa. Setan masuk (mempengaruhi) manusia melalui peredaran darah. Dan, aliran darah dapat dipersempit geraknya dengan berpuasa.
Pada intinya, takwa itu merupakan kondisi seorang hamba membuat dinding pembatas antara dirinya dengan kemurkaan Allah dan siksaan neraka-Nya. Nabi SAW bersabda, “Puasa adalah junnah (perisai), dan menjadi salah satu benteng orang mukmin.” (H.R. Thabrani).
Dalam hadis yang lain, “Puasa adalah perisai yang menyelamatkan dari neraka sebagaimana perisai salah seorang di antara kamu dari peperangan.” (H.R. Ahmad dan Nasai).
Konsekuensi dari takwa itu menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarangan-Nya dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah semata.
Ramadhan dengan segala keutamaan dan kemuliaannya pun merupakan salah satu nikmat besar yang diberikan kepada umat Islam yang semestinya disyukuri lewat berbagai amal ibadah dan segala ketaatan kepada-Nya.
Menghabiskan waktu dengan banyak menonton hal-hal yang tidak bermanfaat meskipun dibolehkan, tentu bertentangan dengan maksud berpuasa dan Ramadhan itu sendiri. Karenanya, acara yang ditayangkan dalam televisi dan fasilitas gadget (selama bulan Ramadhan) hendaknya dapat membantu orang yang berpuasa dalam menjalankan ibadah. Bukan malah turut menggerus nilai pahala puasa.
Apalagi dalam tayangan televisi dan permainan dalam gadget banyak ditampilkan hal-hal yang jauh dari nilai-nilai Islam. Misalnya, wanita berpakaian minim, perkataan keji, bahkan terkadang diselipkan budaya dan pemikiran yang bertujuan menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai Islam.
Hal semacam itu lebih dilarang, karena puasa bukan sekadar meninggalkan makan dan minum, serta berhubungan suami istri di siang hari Ramadhan. Hakikat puasa itu memuasakan seluruh anggota badan dari hal-hal yang dilarang dalam ajaran Islam.
Menonton dan bermain hal yang dilarang, memang tidak membatalkan ibadah puasa, dalam artian seseorang tidak diminta untuk menggantinya di hari lain. Namun, hal itu dapat mengurangi nilai kesempurnaan pahala ibadah puasa.
“Betapa banyak orang yang berpuasa bagian yang ia dapatkan hanyalah lapar dan dahaga. Dan, betapa banyak orang melakukan qiyamul lail, namun bagian yang ia dapat hanyalah begadang malam.” (H.R. Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ibnu Khuzaimah).
Dalam hadis lain, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan melakukan itu, Allah tidak punya kepentingan dari dia untuk meninggalkan makan dan minumnya.” (H.R. Bukhari).
Jangan sampai Ramadhan berlalu dan kita tidak mendapatkan ampunan yang dijanjikan. Jika demikian, itu merupakan kerugian yang besar. Seperti ditegaskan Nabi SAW, “Barangsiapa menjumpai Ramadhan, namun dosa-dosanya tidak diampuni, pasti Allah menenggelamkannya ke neraka.” (H.R. Muslim).
Sibuk dengan Alquran
Agar tidak sibuk dengan televisi dan gadget orang berpuasa hendaknya menyibukkan diri dengan Alquran. Orang yang berpuasa sangat dianjurkan menyibukkan diri dengan Alquran. Karena sebaik-baik kesibukan adalah sibuk dengan Alquran.
Allah SWT berfirman dalam hadis Qudsi, “Barang siapa yang disibukkan oleh Alquran sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, akan Aku berikan kepadanya sesuatu yang paling baik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta, dan keutamaan kalam Allah terhadap seluruh kalam selainnya adalah seperti keutamaan Allah terhadap seluruh makhluk-Nya.” (H.R. Ahmad dan Thabrani).
Selain itu, orang yang sibuk dengan Alquran akan memperoleh ketenteraman (sakinah), rahmat, naungan malaikat, dan Allah SWT akan senantiasa menyebutnya.
Nabi SAW bersabda, “Tiada suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah, membaca kitab Allah, dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali ketenangan akan diturunkan kepada mereka, dan mereka akan diliputi oleh rahmat Allah, dikelilingi para malaikat, dan Allah kan menyebut mereka kepada yang hadir di majelis itu.” (H.R. Muslim).
Pertama, sibuk dalam membaca Alquran. Dijanjikan pahala dan balasan besar bagi orang yang membaca Alquran (Q.S. Fathir [35]: 29-30). Bagi yang mahir membaca Alquran akan bersama para malaikat yang mulia, bagi yang kesulitan membacanya mendapatkan dua pahala.
Nabi SAW bersabda, “Orang yang membaca Alquran dan pandai dalam membacanya, ia bersama para malaikat yang mulia. Dan yang membaca Alquran dengan mengeja dan ia membacanya dengan sulit ia mendapatkan dua pahala.” (H.R. Muttafaq alaih).
Kedua, sibuk dalam mentadabburi Alquran. Alquran akan menjadi ruh (penggerak) bagi kemajuan kehidupan manusia manakala selalu dibaca dan ditadabburi makna yang terkandung dalam setiap ayatnya.
Allah SWT berfirman, “Sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan berkah agar mereka mentadabburkan ayat-ayatnya dan agar menjadi peringatan bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Shad [38]: 29).
Ketiga, sibuk dalam menghafalkan Alquran. Alquran selain dibaca dan direnungkan juga perlu dihafalkan, dipindahkan dari tulisan ke dalam dada, karena hal itu merupakan ciri khas orang-orang yang diberi ilmu.
Allah SWT berfirman, “Sebenarnya Alquran itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada-dada orang-orang yang diberi ilmu, dan tidaklah mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dzolim.” (Q.S. Al-Ankabut [29]: 49).
Keempat, sibuk dalam mengamal Alquran. Allah SWT berfirman, “Dan Alquran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (Q.S. Al-An’am [6]: 155).
Kelima, sibuk dalam mengajarkan Alquran. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari)
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat mengendalikan diri dari hal yang dapat merusak nilai pahala puasa, dan dapat menyibukkan diri dengan Alquran sehingga mengantarkan kepada ketakwaan. Amin.
Penulis : KH. Imam Nur Suharno, SPd, SPdI, MPdI
Penulis Buku Kurma (Kuliah Ramadhan), dan Kepala Divisi HRD-Personalia Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat