KUNINGAN (MASS)- Kegiatan Car Free Day Minggu (1/2/2020) di depan Pendopo Kuningan ada yang berbeda, dimana Forum Komunikasi Penggiat Alam Kuningan menggelar aksi teatrikal dan penggalangan koin PAD. Kegiatan ini diikuti lebih dari 70 orang.
Aksi ini menjadi perhatian masyarakat yang hadir pada saat CFD karena memang kasi mencolok. Aksi ini hadir karena saat ini di Kuningan tengah ramah masalah keinginan pemerintah menurunkan status TNGC menjadi Taman Hutan Raya.
“Aksi ini tujuannya adalah kita sosialisasi ke masyarakat tentang kempanye lingkungan tentang apa yang sekarang ramai dibicarakan. Kita tidak ingin masyarkat tidak tahu, ujung-ujungnya pengambil keputusan mengambil keputusan yang salah tanpa kita koreksi,” sebut Ketua Forum Komunikasi Penggiat Alam Kuningan Maman Mejique, usai acara.
Maman menegaskan pihaknya tidak mengajak kepada masyarakat untuk memilih Tahura dan TNGC. Tapi mengajak masyarakat untuk mengerti dengan pilihan apa yang diambil oleh pimpinan Kuningan.
“Kami memberikan lifleat kepada masyatakat apa itu TNGC dan Tahura. Termasuk bagaimana pengelolaan, kriteria pemanfaatan TNGC dan Tahura dan dampak dari perubah TNGC menjadi Tahura,” jelasnya.
Pihaknya tidak akan sekali menggelar kegiatan ini tapi akan sering. Untuk saat ini akan fokus di CFD. Mengenai pengumpulan poin merupakan gerakan moral bahwa FKPAK perlu mendukung atau memberikan inspirasi kepada Pemda bahwa koin saat ini dinggap tidak berguna dan paling rendah sehingga sering digeletakan di laci-laci dan oleh FKPAK dikumpulkan.
Selain untuk membuktikan ke Pemda lanjut pendiri LSM Akar ini, bahwa sekecil apapun power yang dimiliki, kalau digabungkan kekuatannya akan menjadi besar. Sekecil apa pun peluang di PAD yang ada di Ciremai kalau dikelola dengan benar Insya Allah akan menjadi PAD yang besar.
“Kita bukan mau memberikan itu secara riil ke Pemda cuman mau ngasih gambaran, teguran, sindiran. Ayo kita kelola peluang yang kecil tidak usah mengutak-atik Ciremai lah. Da peluang teh udah banyak, tinggal memanfaatkannya dengan benar. Memanfaatkan sudah, tapi karena tidak benar akhirnya tidak merasa punya manfaat dari situ,” tandasnya.
Mengenai respons masyarakat yang belum banyak, itu akan menjadi tugas forum untuk mensosialiasaikan kepada masyarakat. Hal ini sangat dipahami karena masyarakat fokus dengan masalahnya kehidupannya. Padahal masalah penurunan status ketika adanya dampak mereka baru beraksi.
“Jangan sampa geuning jadi kieu, makanya kita terus sosialisasikan sehingga mereka menjadi paham,” jelasnya.
Sebetulnya TN dan tahura sama-sama ke konservasi, cuma perbedaanya hanya dibeberpa poin dan yang paling menonjol adalah tingkat regulasinya. Kalau TN yang selama ini cukup paling bagus pengelolaannya.
“Kita harus jujur sebetulnya, jangan sampai dikatakan Ciremai tidak memberikan manfaat apa-apa. Sementara masyarakat yang sekarang menikmati juga banyak walau pun belum semua,” ujarnya lagi.
Maman khawatirnya ketika regulasi turun dari TN ke Tahura, maka akan banyak investor masuk. Hal ini menjadi ancaman bagi ekonomi masyarakat. Kenapa? Hak kelola bisa mereka beli dan akhirnya bisa monopoli karena ingin untung besar. (agus)