KUNINGAN (MASS) – Hasil Jamparing Research ditanggapi negative oleh Ketua Gerindra Kuningan H Dede Ismail. Bahkan, Deis, sapaan akrabnya, menganggap hasil survey itu seolah ghaib, tidak ada.
“Jadi kita mengabaikan hasil survey tersebut, berdasarkan pengalaman 2019 hasil survey Jamparing itu berbeda sekali dengan hasil di lapangan,” kata Deis, Sabtu (13/1/2024).
Poin selanjutnya, Deis meragukan metode yang digunakan Jamparing. Pasalnya, secara nasional berdasar survey nasional, Gerindra merupakan pemenang pertama. Tapi di Kuningan malah ditempatkan kelima.
“Di Kuningan hasilnya jeblok, ya kita senyumin aja hasil survey, nanti kita lihat hasil akhirnya seperti apa,” tegas Deis.
Ketua Gerindra Kuningan itu juga menyinggung soal teori efek ekor jas dimana ada calon Presiden dari partai tersebut. Ia heran, hasil survey Jamparing ternyata tidak menggambarkan hal itu.
“Biasanya kalo ada calon presiden ada efek ekor jas, ini metode yang digunakan Jamparing nggak tau metode yang mana dari Francis atau dari Jerman gak tau, tapi bagi kami tidak menjadi soal, biarkan hasil survey berlalu dan kami tidak tertarik sama sekali untuk menggunakna survey Jamparing, karena gak tau metodenya darimana,” ujar Deis.
Kemudian ia juga menyinggung hasil survey Pilpres. Ia merasa lucu saja saat Anies ditempatkan melebihi 55% perolehan suara berbanding terbalik dengan survey nasional.
“Itu juga biasanya titipan, survey begini kan ada yang bayar, ya biasa. Bagi kami tunggu hasil survey dari lembaga survey nasional. Karena kami akan menggunakan survey nasional untuk pembanding. Tadi saya sudah komunikasi dengan Caleg DPR RI mereka siap untuk menurunkan survey nasional minggu depan, nanti kita luruskan dengan hasil survey (Jamparing),” imbuhnya.
“Kalo untuk daerah, beberapa kali Jamparing ini gak jelas, memang kenyataan. Jadi udah dianggap angin lalu,” imbuhnya.
Ditanya soal hasil survey DPR RI nya yang melejit tinggi di peringkat pertama, Deis juga tak mengendurkan keraguannya pada Jamparing.
“Ya kalo jauh, logikanya berbanding terbalik. Efek ekor jas DPR RI tidak akan berbeda jauh dengan kabupatennya. Kalo berbanding jauh, pemenang pertama RI tapi daerahnya anjlok, kalo (masih peringkat suara) 1,2,3 normal. (Tapi kalo jauh) Teori darimana ? (bisa berbanding terbalik begini),” tegas Deis.
Di akhir, ia menegaskan bahwa hasil survey Jamparing tidak akan jadi tolak ukurnya dalam Pemilu 2024 ini. Ia juga kemudian mengingatkan pada lembaga survey, semakin sering memaparkan hasil survey (yang dianggap main-main) maka orang bakal antipati terhadap lembaga survey. (eki/deden)