KUNINGAN (MASS)- Tidak banyak yang mengetahui bahwa jumlah Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) yang berada di Gunung Ciremai terus bertambah. Yang terbaru lahir pada pada saat bulan Ramadhan sehingga burung yang dikenal sebagi burung garuda yang merupakan lambang negara itu diberi nama Rama.
Saat ini Rama berusia dua bulan. Dari pengataman petugas TNGC di lapangan sang anak Elang Jawa itu ki perawakannya sudah menyerupai Elang Jawa dewasa dan kemungkinan besar dalam waktu dekat si Rama bakal segera mengudara.
Dikutip dari laman resmi IG TNGC, Rama merupakan generasi penerus Elang Jawa di Gunung Ciremai. Sarang si Rama terpantau pertama kali di tahun 2016. Kala itu beberapa kali pemantauan telah dilakukan. Tetapi di lokasi ini sarang belum aktif.
Kondisi topografi dan vegetasi menyulitkan pemantauan sarang. Sehingga jarak pemantauannya sedikit jauh serta membutuhkan alat bantu berupa binokuler atau monokuler.
Pohon sarang berada di cerukan atau lembah dengan kemiringan curam. Lokasi sarang tidak jauh dari sumber mata air. Sarang berada di atas pohon tinggi besar yakni Ki Jagong, ketinggian sarang ±25 meter dari permukaan tanah.
Di sekitar pohon sarang ditumbuhi pohon Salak “Salacca zalacca” sehingga manusia atau satwa predator lain sulit untuk memanjat pohon sarang. Formasi vegetasi di sekitar sarang cukup rapat oleh pohon tinggi dan besar seperti Kecapi “Sondaricum koetjape”, Saninten “Castanopsis argentea”, Pasang “Lithocarpus elegant”, Keruing Jawa “Dipterocarpus hasselti” serta sebagian tumbuhan didominasi oleh Bambu “Gigantochloa apus”.
Berdasarkan catatan, sarang ini telah menetaskan individu baru sebanyak tiga ekor elang jawa dalam kurun waktu tiga tahun berturut turut terhitung dari tahun 2017 sampai dengan sekarang tahun 2019. Ini merupakan temuan terbaru, karena biasanya Elang Jawa akan berbiak dua tahun sekali.
Sekedar infromasi Elang Jawa merupakan salah satu satwa kunci dalam ekosistem pulau Jawa. Satwa ini merupakan jenis yang sudah langka keberadaannya.
Selain itu populasi elang ini kian menurun. Penyebaran “raptor” ini terbatas hanya di Jawa saja. Lebih tepatnya di kantung-kantung kawasan konservasi. Salah satu kantung tersebut adalah TNGC.
Anakan Elang Jawa biasanya hanya seekor dan menetas setiap dua tahun sekali. Namun menurut Iwan Sunandi, petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) di TNGC ada satu site pengamatan yang menetas setiap tahun.
Pertumbuhan elang Jawa sangat menarik untuk diamati. Pada awal kelahirannya, anakan berbulu putih bersih dengan paruh warna hitam. Setiap minggu bulu anakan akan berubah menjadi warna kuning bercampur warna hitam. Tapi warna putih tetap ada pada beberapa bagian setelah elang Jawa tumbuh dewasa. (agus)