KUNINGAN (MASS) – Kondisi Kesultanan Kesepuhan Cirebon sejak ditinggal wafat PRA Arief Natadiningrat pada Juli 2020 lalu, ternyata meninggalkan banyak polemik.
Bahkan anak almarhum, PRA Luqman Zulkaedin yang dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XV (15) dengan tradisi Jumenengan, digugat banyak pihak.
Pada saat penobatan Agustus 2020, beberapa kubu yang menolak PRA Luqman Zulkaedin bahkan mendatangi keraton dan menyampaikan keberatannya.
PRA Luqman, ditolak sebagai sultan sepuh karena dianggap bukan keturunan Sunan Gunung Jati.
Adapun kubu yang menolak, mengaku dari kalangan santri dan Forum Silaturahmi Dzuriah Sunan Gunung Jati .
Tak berselang lama setelah wafatnya Sultan Arief, Kesultanan Kesepuhan Cirebon kembali digegerkan dengan penobatan sultan sepuh dari keluarga Rahardjo Jali.
Rahardjo Jali, mengaku sebagai cucu dari istri kedua Sultan Sepuh XI (11) Tadjul Arifin Djamaluddin Aluda Mohammad Samsudin Radja Nataningrat.
Versi Rahardjo, keturunan Sultan Sepuh XII (12) Alexander Radja Radjaningrat sampai Luqman bukan keturunan murni Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah).
Suasana tambah rumit ketika menjelang bulan-bulan akhir tahun 2020, terjadi penobatan Sultan Sepuh terhadap Pangeran Wisnu Lesama sebagai Sultan Jayawikarta III Keraton Kesepuhan Cirebon.
Pangeran Wisnu, merupakan turunan Pangeran Muhammad Ilen Seminingrat bin Pangeran Pakishaji Seminingrat, nasab dari Pangeran Jayawikarta bin Sultan Sepuh IV (4) Amir Sena.
Santana Kesultanan Cirebon Menolak ‘Para’ Sultan Yang Manggung Saat Ini
Salah satu kubu yang menolak keras PRA Luqman Zulkaedin dan sultan lainnya, adalah Santana Kesultanan Cirebon (SKC).
Santana sendiri merupakan wadah dzuriat (keturunan) dari Sunan Gunung Jati yang dicatat sebagai cikal bakal Kesultanan Kesepuhan Cirebon. Santana sendiri diambil dari kata Sentono yang artinya keluarga/trah.
Sekertaris Santana Raden Hamzaiya pada Rabu (22/12/2021) sore menyebut, Santana yang sudah berdiri sejak tahun 2014 lalu itu merupakan wadah para Putra Waya/Trah/Keturunan Sunan Gunung Jati.
Para Putra Waya sendiri, kini menyebar di banyak tempat bahkan sampai mancanegara karena peristiwa masa lalu, dimana ada situasi sejarah politik yang membuat putra waya tersebar, meski ada yang tetap tinggal di Keraton.
Melihat situasi Keraton Kesepuhan saat ini, lanjut Hamzaiya, Santana ingin membenahi situasi politik di Keraton.
Karenanya, perlu sosok yang bisa melakukan itu dengan baik, dengan trah/nasab yang kuat sampai Sunan Gunung Jati.
Trah atau nasab itu, bisa terkuak dengan pelurusan “Sejarah Peteng”, sejarah gelap/kelam yang memotret sejarah perebutan kekuasaan di masa lalu.
Sebagai upaya pelurusan sejarah peteng, dengan musyawarah dzuriah dan ulama, menghasilkan rekomendasi Santana untuk menentukan Sultan zaenudin II Arianatareja.
“Beliau (Heru), akan dideklarasikan. Diharapkan bisa menyelesaikan polemic yang terjadi di Keraton Kesepuhan Cirebon. Saat ini, Keraton butuh diselamatkan, butuh sosok yang mampu (melakukan penyelematan),” jawabnya kala dikonfirmasi via telpon.
Rencananya, Raden Heru atau Pangeran Kuda Putih ini akan dinobatkan pada 27 Desember 2021 mendatang di pendopo Arya Kemuning, Kuningan.
Dirinya optimis, setelah penobatan ini, Pangeran Heru bisa bertindak dengan arif dan bijaksana menyelesaikan polemic yang terjadi. (eki)
