KUNINGAN (MASS) – Pondok Pesantren Pusaka KHAS Ciwedus kembali menggelar kegiatan Haul KHAS Ciwedus, momen tahunan yang diselenggarakan untuk mengenang dan meneladani perjuangan serta warisan keilmuan ulama besar, KH Ahmad Shobari—atau yang akrab disapa Mama Ciwedus.
Acara berlangsung pada Rabu (16/4/2025) lalu dengan penuh khidmat dan dihadiri oleh ribuan jamaah dari berbagai daerah. Kegiatan haul tahun ini menjadi sangat istimewa karena dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional dan ulama internasional, seperti Prof. Dr. KHR. Abuya Muhammad Muhyidin Abdul Qodir Al-Manafi, Pengasuh Pondok Pesantren Internasional Asy-Syifa Wal Mahmudiyyah.
Selain itu, kegiatan juga dihadiri Direktur Pesantren Kementerian Agama Republik Indonesia, tokoh-tokoh pesantren, akademisi, dan tokoh masyarakat.
Pengasuh Pondok Pesantren Pusaka Khas Ciwedus, Kyai Ahmad Musthofa sekaligus cicit dari KH. Ahmad Shobari menegaskan bahwa pondok haruslah jadi Rohmatan lil alamin.
“Pondok Pesantren harus menjadi Rohmatan Lil ‘Alamin, maka saya berpesan untuk semua yang hadir mari kita tanamkan apa yang bisa kita berikan untuk bangsa, bukan apa yang bisa kita ambil dari bangsa ini,” ujarnya.
Dikatakannya, haul ini bukan sekadar peringatan, melainkan momentum untuk menyegarkan semangat dakwah, pendidikan, dan perjuangan umat dalam bingkai tradisi Islam yang ramah dan rahmah.
Dalam kesempatan itu, disampaikan juga pentingnya menjaga ghirah dan tradisi keilmuan ulama nusantara, serta peran pesantren sebagai benteng moral dan intelektual bangsa.
Testimoni-testimoni disampaikan para petinggi. Prof. Dr. KHR. Abuya Muhammad Muhyidin misalnya, yang menyampaikan keteladanan Mama Ciwedus merupakan cerminan dari keikhlasan dan keistiqamahan seorang alim yang harus terus dijaga dan diwariskan lintas generasi.
Kegiatan haul sendiri diisi dengan pembacaan manaqib, tausiyah kebangsaan, doa bersama, dan ziarah ke makam Mama Ciwedus. Selain itu, kegiatan sosial dan bazar produk pesantren pun turut memeriahkan suasana, memperkuat kesan bahwa ada koneksi baik antara pesantren dan masyarakat luas. (eki)
