KUNINGAN (MASS)- Komitmen mewujudkan 25 desa wisata dan 100 desa pinunjul pada masa pemerintahan H Acep Purnama dan M Ridho Suganda dimulai dengan dipilihnyya lima desa untuk dijadikan desa wisata. Selain Desa Cipasung, ada empat desa lainnya yakni Desa Cisantana, Kelurahan Cigugur di Kecamatan Cigugur.
Kemudian, Desa Cibuntu Kecamatan Pasawahan, Desa Linggamekar Kecamatan Cilimus. Sebenarnya, Desa Sakerta Timur Kecamatan Darma bagian. Namun, karena kuotu hanya enam, sehingga masih pada perencanaan tahun 2020.
“Ini lima desa wisata yang kami tetapkan. Kenapa Cibuntu masuk? Padahal sudah masuk desa wisata. Cibuntu akan dipolses menjadi desa wisata maju. Sedangkan desa yang lain masuk desa wisata rintisan,” ujar
Kasi Kelembagaan dan Pengembangan SDM Pariwisata Disporapar Kabuapten Kuningan mewakili Kepala Disporapar, Ritto Riswanto SE Par, MPar, Kamis di Aula Desa Cipasung.
Ritto mengatakan, khusus Desa Cipasung dijadikan desa wisata untuk mendukung keberaadan Waduk Darma yang akan dijadikan destinasi wisata internasional. Tentu sebagai desa penyangga bersama Desa Jagara dan Sakerta Timur mereka harus ditata agar menjadi pelaku wisata.
Dikatakan, dengan dijadikan desa wisata maka Cipasung akan disulap dengan berbagai kelebihan yang dimiliki. Cipasung akan menjadi etalase Kuningan dari wilayah Selatan Kuningan.
“Ketika wisatawan yang turun dari Kertajati mereka bisa singgah ke Cipasung. Dengan ada lahan 6 Ha yang akan dijadikan destinasi, maka disini akan dijual makanan khas, hasil kerajinan desa yang berada di wilayah selatan Kuningan. Dan Jangan lupa dari Cipasung akan dibuat dermaga sehingga wisatawan bisa keliling waduk,” jelasnya.
Ritto menyebut Cipasung merupakan salah satu target desa wisata rintisan yang harus ikut mengakselerasi pembangunan objek wisata Waduk Darma, sebagaimana diketahui bahwa di sekitar waduk masih terdapat beberapa desa yg memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata, antara lain Jagara dan Sakerta timur.
Ke tiga desa tersebut sedang Disporapar Kuningan tangani untuk menjadi desa wisata rintisan, bekerjasama dengan STP Trisakti Jakarta. Pada kesempatan ini STP Trisakti didukung oleh Kementerian Pariwisata RI dalam program pendampingan desa wisata .
“Masih beberapa chapter muatan ilmu pariwisata yang harus kita sampaikan pada ke tiga desa tersebut tadi, berbentuk workshop/bimtek. Jika ingin segera soft launching, antara lain pelatihan tata kelola desa wisata, worshop tata boga, tata graha homestay, penyusunan paket wisata, dasar-dasar bahasa Inggris , pelatihan pemandu wisata, konservasi dan lingkungan hidup, pariwisata sehat, seni budaya sebagai atraksi wisata, gerakan sadar wisata, kegiatan aksi Sapta pesina dan lain sebagainya,” tandasnya.
Pihaknya memiliki keterbatasan ditengah target capaian visi dan misi tentang desa pinunjul /desa wisata, maka strategi Dispoarapar yaitu banyak bekerjasama dengan beberapa lembaga akademisi , antara lain Trisakti, Poltek Pariwisata Prima International Cirebon, STP NHI Bandung, STIKES Kuningan, dan lain-lain.
Dalam pengembangan Desa wisata, kuncinya terletak pada kesiapan masyarakat (SDM), komitment perangkat desa dan tokoh setempat, serta memiliki core/daya tarik, asal di desa wisata tersebut ada yang khas, unique dan menarik, pasti orang akan datang, tinggal bagaimana pelayanan pengelola desa wisata nya terhadap wisatawan.
Lebih lanjut dikatakan, setelah semuanya memenuhi standard, baru dibahas infrastruktur , sarana penunjang, dan kegiatan fisik binaan di masing-masing desa, serta branding image dan promosi.
Inilah yang sedang dilakukan bersama pihak akademisi di beberapa desa seperti desa Cipasung, yang mudah-mudahan akan membawa dampak positif terhadap dimensi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat. (agus)