KUNINGAN (MASS) – Bupati Kuningan memberikan penghargaan kepada Sekolah Alam Bratakasian (SAB) sebagai Taman Bermain dan Pusat Kreativitas Ramah Anak. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKB3A) Kabupaten Kuningan, Drs. Deniawan, M.Si.
Perjalanan Sekolah Alam Bratakasian yang dimulai dari pendirian taman baca hingga menjadi sekolah alam di tahun 2023 ternyata membawa keberkahan yang luar biasa. Founder SAB H Jaenal Mutakin M Pd, menyebut bahwa penghargaan ini menjadi penyemangat untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat.
“Kami merasa terhormat dan berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Bupati Kuningan,” tutur Zeze, sapaan akrab founder SAB kala diwawancara kuninganmass.com pada Selasa (5/8/2025).
Penghargaan ini, kata Zeze, mencerminkan komitmen Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam menciptakan lingkungan yang ramah anak. Dengan adanya penghargaan ini, diharapkan semakin banyak lembaga dan individu yang berkontribusi dalam upaya mewujudkan Kuningan sebagai daerah yang layak bagi anak.
H. Zaenal menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan para relawan, donatur, dan pihak-pihak terkait. “Kami berterima kasih kepada semua yang telah mendukung kami dari awal hingga sekarang. Mari kita terus bersama-sama tumbuh dan berkarya untuk anak-anak,” pungkasnya.
Dalam acara tersebut, penghargaan juga diberikan kepada beberapa lembaga dan tokoh lain yang berperan aktif dalam menciptakan lingkungan ramah anak. Di antara penerima penghargaan adalah Kepala UPTD PPA Kabupaten Kuningan, Kepala SDN 1 Cigadung sebagai Sekolah Ramah Anak, dan Kepala Puskesmas Maleber sebagai Puskesmas Ramah Anak.
Kepala DPPKB3A, Drs. Deniawan, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada semua penerima penghargaan. “Kontribusi kalian semua sangat berarti dalam mewujudkan Kabupaten Layak Anak (KLA). Kami bangga memiliki lembaga-lembaga yang peduli terhadap perlindungan anak dan perempuan,” ungkapnya.
SAB tidak hanya berfokus pada pendidikan formal, tetapi juga memperhatikan dampak sosial terhadap masyarakat sekitar. Johan Sulaksana, salah satu relawan SAB, menyatakan bahwa meskipun SAB adalah sekolah non formal, program-program mereka memberikan dampak signifikan bagi anak-anak dan ibu-ibu pegiat UMKM di sekitar.
“Program-program yang kami jalankan tidak hanya berfokus terhadap anak-anak, tetapi juga memberdayakan ibu-ibu dengan pelatihan dan bantuan yang mendukung usaha mereka,” tutur Johan. (raqib)
