KUNINGAN (MASS) – Toleransi seringkali hanya tampak di permukaan. Tapi di balik layar, ada tim kecil di Kementerian Agama yang bekerja senyap, menjembatani kelompok yang bertikai, meredam bara sebelum meledak. Dalam podcast Kuningan Mass, pejabat Kemenag RI membuka tabir tentang bagaimana negara berupaya menjaga Indonesia tetap utuh di tengah perbedaan keyakinan yang kian kompleks.
Konflik berbasis agama masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Namun di balik berbagai upaya damai yang sering tak terdengar, Kementerian Agama memiliki satu unit kerja yang secara khusus bertugas mencegah konflik keagamaan. Hal ini diungkapkan oleh Dedi Slamet Riyadi, Kasubdit Bina Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik Keagamaan, dalam podcast Kuningan Mass yang tayang Selasa (10/6/2025).
“Subdirektorat ini ada karena Indonesia sangat beragam. Bukan hanya beda agama, dalam Islam sendiri perbedaan mazhab, tarekat, dan pemahaman itu sangat banyak,” ujar Dedi.
Tugas utama Subdit ini yakni mendeteksi potensi konflik, mitigasi dini, serta melakukan komunikasi lintas pihak ketika gesekan mulai muncul. Kemenag menjalankan pendekatan dialog dan mediasi agar perbedaan tak berubah jadi permusuhan.
“Kita tidak hanya hadir saat konflik terjadi, tapi justru sebelum itu. Kita petakan potensi konflik dan lakukan langkah pencegahan,” katanya.
Pada proses penanganan konflik, Dedi menegaskan pentingnya posisi imparsial negara.
“Sebagai pejabat negara, saya tidak boleh memihak. Bukan sebagai NU, Muhammadiyah, atau organisasi apapun. Saya adalah negara,” tegasnya.
Sikap tersebut sangat penting untuk memastikan, mediasi tidak merugikan satu pihak atas nama mayoritas ataupun minoritas. Ia juga menegaskan, negara tidak bisa mencampuri urusan internal ormas keagamaan, seperti fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Kalau MUI mengeluarkan fatwa, misalnya tentang keharaman salam lintas agama. Negara tidak bisa intervensi. Itu bagian dari kebebasan beragama dan berkeyakinan yang dijamin konstitusi,” jelasnya.
Negara hanya bisa mendorong pendekatan-pendekatan yang damai dan toleran tanpa memaksakan tafsir keagamaan tertentu. Konflik keagamaan bisa meletus dari hal kecil, seperti perbedaan salam, cara ibadah, bahkan konten media sosial. (argi)
Selengkapnya, tonton di bawah ini :
