KUNINGAN (MASS) – Hal berbeda dilakukan komunitas motor yang baru terbentuk pada 29 September 2019 lalu. Setiap malam minggu, seperti halnya komunitas biker lainnnya, mereka melakukan rutinan berkumpul dan berkendara. Bedanya, selain waktunya yang baru dimulai pukul 3 malam, tujuan utamanya adalah masjid, berjamaah shalat subuh.
Mereka adalah Biker Subuhan (BS) Kuningan, dengan anggotanya yang sudah mencapai 40 orang ini, mereka setiap minggunya memilih berjamaah dari masjid ke masjid di Kuningan.
Kuninganmass.com berkesempatan mewawancarai salah satu anggota yang tergabung di dalamnya. Dadang Mulyadi, anggota asal Kecamatan Subang yang kini tinggal di sekitar kota. Selain menerima dengan baik kedatangan kuninganmass.com, dirinya juga tak sungkan berbagi pengalamannya di Biker Subuhan Kuningan.
“Dulunya emang anak-anak biker, banyak ada yang dari vespa, moge, bebek,” ujarnya saat ditemui kuninganmass.com Jumat (14/2/2020) sore.
Dadang bercerita, bahwa dirinya mengikuti Biker Subuhan atas ajakan teman-temannya sewaktu di klub vespa. Biker Subuhan sendiri mengajaknya untuk lebih mendekatkan diri pada tuhan, serta memperdalam ilmu agama dimulai dengan cara-cara sederhana.
“Kalo dulu kan nongkrong dimana, sekarang kita geser ke mesjid. Shalat subuh berjamaah di sana,” terangnya dengan senyum simpul.
Dadang juga sempet menceritakan Biker subuhan awalnya sempat direspon dengan kaget oleh pihak masjid, bahkan tidak diterima.
“Mungkin kaget kan ya. Kita juga maklum, jam 3 yang lain tidur, kita ngumpul, ke mesjid bawa motor ngabring, sambil bawa sapu, sikat sama alat kebersihan, mungkin kan dikira mau ngapain,” ujarnya sambil mengingat cerita.
Selain shalat subuh berjamaah, biasanya kegiatan juga memang diselingi kultum serta dilanjutkan beres-beres masjid yang disinggahi.
“Ayeunamah Alhamdulillah a, biasnaa urang oge ijin heula ka DKMna, sareng Alhamdulillah sa Kuningan mah tos narampi,” jelasnya dalam bahasa sunda.
Biker Subuhan sendiri tidak membeda-bedakan asal komunitas motor. Dadang juga menyebutkan dari kalangan umum pun bisa ikut bergabung bersama-sama memperbaiki diri, dengan semangat yang sama, ingin berjamaah subuh.
“Pengennya mah tiap hari a, cuman kan kalo hari lain biasanya ada kerjaan masing-masing. Kalo minggu kan rada nyantai, jadi dipilihlah malem minggu,” tambahnya dengan nada ceria.
Namun saat ditanyai harapan ke depan, Dadang ternyata tak kuat menahan haru. Selain mata yang memerah tak kuasa menahan tangis, dengan tagline komunitas ‘maneh iraha’ dirinya hanya berharap agar syiar bisa lebih luas dan jamaah yang bergabung bisa lebih banyak.
“Ulah gengsi, pelajaran mah timana bae. intinamah urang niat hijrah sasarengan, ulah sieun kana kagagalan,” pesannya di akhir wawancara dengan suasana haru. (eki)