KUNINGAN (MASS) – Fenomena keberadaan grup media sosial dengan aktivitas LGBT yang belakangan ini ramai diperbincangkan memicu keprihatinan mendalam di berbagai kalangan, tak terkecuali di lingkungan mahasiswa.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) Komisariat Universitas Islam Al-Ihya Kuningan (UNISA), Vemy Lushiana, angkat bicara.
Ia menyatakan kekecewaan sekaligus kecaman keras terhadap keberadaan grup tersebut yang diketahui melibatkan ribuan pengguna dan diduga menyebarkan konten tidak senonoh secara daring.
“Keberadaan grup semacam ini, apalagi yang terang-terangan menyebarkan konten amoral, sangat mencederai nilai-nilai moral, agama, dan budaya luhur masyarakat Kuningan yang kita kenal religius dan menjunjung tinggi kesopanan serta etika sosial,” tegasnya, Senin (28/7/2025).
Menurutnya, fakta bahwa grup tersebut diikuti oleh lebih dari 2 ribu pengguna merupakan alarm bahaya bagi moral generasi muda.
Sebagai organisasi kaderisasi perempuan berdaya di lingkungan PMII, KOPRI UNISA pun menegaskan sikapnya melalui tiga poin penting. Pertama, menolak dengan tegas segala bentuk normalisasi perilaku menyimpang, termasuk konten berbau LGBT yang dinilai bertentangan dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
Kedua, pihaknya mendesak aparat penegak hukum dan instansi terkait untuk menindaklanjuti kasus ini secara serius, mengusut tuntas aktor di balik grup tersebut, serta menutup akses penyebaran kontennya.
Ketiga, KOPRI UNISA juga mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda, agar semakin melek digital, bijak, dan waspada dalam bersosial media, serta tidak mudah terpengaruh arus ideologi yang merusak karakter bangsa.
“Kami berharap kejadian ini menjadi refleksi bersama, bahwa ruang digital bukanlah ruang bebas tanpa batas. Kita semua harus berperan menjaga dunia maya tetap menjadi tempat yang aman, sehat, dan mendidik,” pungkasnya. (rizal)
