KUNINGAN (Mass) – Hingga saat ini Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kuningan kesulitan mendata jumlah Pekerja Seks Komersil di Kuningan. Meski Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Kuningan menyebutkan jumlah kondom yang digunakan oleh PSK dalam sebulan adalah mencapai 5.000 pcs.
“Kalau tidak ada lokalisasi menentukan data PSK susah. Dulu sebelum saya menjadi kabid sekitar tahun 2012 menyeruh TKSK untuk mendata dan kalau datanya tidak salah adalah 250 orang,” sebut Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Endi Susilawandi AKs MSi kepada kuninganmass.com Rabu (11/10/2017).
Dengan tidak memiliki jumlah pasti lanjut dia, Dinsos sulit melakukan pembinaan. Sekarang ini Dinsos Kuningan sering mendapatkan pertanyaan dari Panti Rehabilitasi Karya Wanita Palimanan karena sudah lama tidak mengirim PSK.
“Mau ngirim PSK bagimana? Karena PSK hasil rajinya juga tidak ada. Lalu, SatPol PP mungkin mau merajia tapi bagaimana kalau PSK nonggkrongnya di online?” ujar Edi balik berrtanuya.
Terpisah, Adang Sumbada salah seorang penggiat HIV/AIDS mengaku, saat ini pihaknya sudah lama tidak melakukan kegiatan kepada wanita pekerja seks (WPS). Data pada tahun 2014 jumlah PSK dikisaran 700-1000 orang.
Dari jumlah 100 persen itu, 90 persen merupakan PSK tidak langsung alias mangkal di online atau medseos. Sedangkan 10 persen mangkal secara langsung.
Denih yang juga penggiat dalam bidang HIV/AIDS menambhkan, PSK di Kuningan terbilang mahal tarifnya. Meski ada yang murah Rp15 ribu. Itu kebanyakan di pasar baru yang kebanyakan waria dan PSK yang sudah tua.
“Memang dulu yang paling mahal Rp12 juta. Itu juga mahasiwa dan karywan swasta,” jelasnya. (agus)