KUNINGAN (MASS)- Sampah menjadi permasalahan utama di Kabupaten Kuningan. Hingga saat ini baru 35 kelurahan/desa di 13 kecamatan yang dilayani oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Sementara volume sampah perhari mencapai 400 ton. Dari perhitungan 13 kecamatan itu baru 75 ton perhari diangkut DLH, sehingga sebanyak 325 belum ditangani.
Warga ada yang membakarnya sendiri dan kebanyakan membuang sampah ke sungai. Kondisi ini memprihatinkan dan akan menjadi bom waktu apalagi tidak ada solusi nyata dari pemerintah.
Melihat kondisi seperti ini, Budi Agung warga Desa Cirukem Kecamatan Garawangi merasa terpanggil untuk membuat kompor pemusnah sampah.
Ide Budi akhrinya terwujud dengan modal Rp30 juta akhirnya kompor terwujud. Sudah beberapa desa yang menggunakan kompor hasil buatan Budi ini.
“Saya sedih dan prihatin dengan kondisi lingkungan yang penuh dengan sampah., maka ingin memberian sumbangsih kepada pemerintah,” ujar Budi kepada kuninganmass.com.
Budi menerangkan, kompor pemusnah sampah itu dinamakan incinerator Kopid’20 dan sangat teruji kemampuannya dalam kecepatan memusnahkan sampah.
“Ingat tanpa listrik ,tanpa bahan bakar dan sangat minim asap. Bahkan bisa mengasilkan solar,” tandasnya.
Bahkan Budi mengklaim mesin ini merupakan predator sampah plastik pertama di dunia. Sebab, kecepatan dalam memusnahkan sampah diatas rata-rata (tidak tertandingi incinerator lainnya).
Hal ini karena didukung dengan adanya 3 sistem mekanik manual yang berbeda fungsi. Ke 3 sistem mekanik ini berfungsi utuk mengimbangi sifat dan karakteristik sampah plastik.
“Sejak masuk ke ruang bakar sampai keluar menjadi debu/abu. dioperasikan tanpa listrik dan tanpa bahan bakar serta minim asap. Bahkan pembakaran yg terus menerus (conti nur burning),” bebernya.
Ia menerangkan, sejak lama kompor sampah ini ditawarkan termasuk ke DLH tapi belum ada respon. Padahal, kondisi sampah di desa semakin menumpuk.
“Beberapa kali demo di desa-desa yang tertarik langsung memesan. Dalam satu jam bisa membarkan 250 Kg sampah,” ujarnya.
Terpisah, salah satu Kades yang tertarik mesin sampah adalah Kades Cipedes Kecamatan Ciniru, A Rusdiana. Mantan Anggota DPRD Kuningan itu mengaku, ia tertarik karena sampah menjadi musuh bersama.
“Begitu demo saya langsung tertarik. Hasil Pak Budi ini sudah lama dan sudah di uji oleh dinas LH dan staf bupati. Tapi tidak ada kelanjutannya. Kurang sosialisasi dan publikasi dan tidak tanggapnya para pengambil kebijakan,” ujarnya. (agus)