KUNINGAN (MASS) – Puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat Nabi Muhammad SAW, tetapi diwajibkan pula kepada umat-umat terdahulu (QS Al-Baqarah [2]: 183). Hal ini menunjukkan bahwa puasa merupakan sarana efektif untuk membentuk insan yang bertakwa. Yaitu, insan yang memiliki hubungan yang baik secara vertikal (hablum minallah) dan horizontal (hablum minannas).
Puasa adalah menahan diri, bukan hanya menahan dari makan dan minum saja, tetapi menahan seluruh anggota badan; mata, lisan, telinga, hati, kemaluan, pikiran dan anggota tubuh yang lain dari dosa dan kemaksiatan.
Apabila seseorang yang menjalankan ibadah puasa kemudian tidak mampu menahan diri dari maksiat yang ditimbulkan oleh anggota badan, maka nilai puasanya akan berkurang, bahkan bisa jadi seseorang tidak mendapatkan pahala dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR Thabrani).
Di antara perbuatan yang dapat merusak pahala puasa adalah, pertama, perkataan dusta dan perbuatan yang tercela. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak menahan diri dari ucapan dusta dan perbuatan buruk maka sedikitpun Allah tidak sudi menerima puasanya meskipun ia menahan diri dari makan dan minum.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis lain, “Puasa bukanlah hanya meninggalkan makan dan minum, akan tetapi yang dimaksud puasa adalah menghindarkan diri dari kata-kata yang tidak berguna dan dusta. Maka, jika ada orang yang mencelamu atau usil kepadamu, katakanlah saya sedang berpuasa.” (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Hakim).
Kedua, mencaci dan adu mulut. Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Janganlah kamu saling mancaci (bertengkar mulut) sementara kamu sedang berpuasa. Bila seseorang mencacimu katakan saja, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa’, dan kalau kamu sedang berdiri maka duduklah.” (HR Ibnu Khuzaimah, Nasa’i, Ahmad dan Ath-Thayalisi).
Ketiga, ghibah, adu domba, dan sumpah palsu. Dari Anas RA, Nabi SAW bersabda, “Lima perkara yang membatalkan orang yang berpuasa; dusta, ghibah, adu domba, sumpah palsu dan melihat dengan syahwat.” (HR Al-Azdi dan Ad-Dailami).
Keempat, menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan yang merusak ibadah puasa. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah menjelaskan, seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota badannya berpuasa dari perbuatan dosa, lisan berpuasa dari kata dusta, kata keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari makan dan minum, kemaluannya berpuasa dari bersetubuh. Jika berbicara, tidak berbicara sesuatu yang mencacat puasanya, jika berbuat, tidak berbuat suatu perbuatan yang merusak puasa, sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan manfaat.
Semoga Allah melindungi kita kaum Muslimin dari hal-hal yang dapat merusak pahala ibadah puasa dan mampu mengisi Ramadhan dengan berbagai amal ibadah yang mengantarkan kepada derajat takwa. Amin.
Imam Nur Suharno
Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat
