KUNINGAN (MASS) – Kabar membanggakan datang dari Paralimpiade tokyo 2020, salah satunya medali perak dari Dheva Anrimusthi, nomer tunggal putra Standing Upper 5.
Lelaki kelahiran 5 Desember 1998 itu, merupakan warga Kelurahan Purwawinangun Blok Sidapurna Kuningan. Putra dari Rita Rosliany dan Aan Suparman ini, sudah giat berlatih badminton sejak kelas 2 SD.
“Pas kelas 6 SD, diambil Chandra Wijaya di Jakarta, berlatih sampai SMA kelas 2. Waktu itu dipulangkan karena mengalami kecelakaan di tangan. Terus mulai dikenalkan NPCI,” ujar sang ibu, Sabtu (4/9/2021) malam selepas sang anak mendapat medali perak.
Diceritakan sang ibu, sebenarnya setelah kecelakaan, dokter yang merawat menyarankan Dheva untuk berhenti badminton, jika tangannya ingin kembali normal.
Saat itu, Dheva tak mau ‘gantung raket’ dan keukeuh ingin bermain badminton. Diceritakan sang ibu, saat itu Dheva mulai masuk paperda papernas hingga asean games sejak 2018, dan selalu mendapat medali emas.
Raihan Medali Perak di Paralimpiade Tokyo sendiri jadi kebanggan tersendiri, apalagi ini merupakan ajang internasional ruang lingkup dunia. Paralimpiade sendiri dimulai tanggal 24 Agustus hingga 5 September 2020.
“Orang tua bangga pasti, sebagai ibu nggak nyangka aja punya anak yang mengharumkan anak bangsa. Tadi nangis, bangga aja mengharumkan nama bangsa,” ujar sang ibu, ditemani suami di Gor Anrimusthi.
Gor Anrimusthi, diceritakan sang ibu juga dibangun setelah menang sea games. Dan itu yang sudah jadi cita-cita Dheva sejak lama. Apalagi, ternyata dua adik Dheva juga kini memiliki hobi yang sama.
“Pas kecil itu, kalo kita suruh anak latihan, mereka minta kita ikut latihan juga, jadi ya ikut main. Kalo bapaknya seneng olahraga, cuman lebih seneng di voli,” sebutnya.
Adapun, Dheva sendiri sempat diwawancarai saat istirahat setelah bertanding melalui video call. Selain turut senang, Dheva juga cerita akan segera pulang.
“Senin insya allah pulang ke Jakarta, tapi karantina dulu (sebelum ke Kuningan),” imbuhnya. (Eki)