KUNINGAN (MASS) – Sebagai guru, kita memiliki peran strategis sebagai individu yang dapat membangun peradaban melalui peserta didik yang kita didik hari ini. Jangan sampai peran kita sebagai guru hanya sebatas seperti kritik Paulo Freire terhadap sistem pendidikan gaya “bank”, di mana guru hanya berperan sebagai petugas yang mentransfer dan menerima pengetahuan semata.
Jangan sampai anak-anak kita setiap hari berangkat ke sekolah, belajar banyak hal, lalu lulus dan menggenggam ijazah, tetapi kemudian baru menyadari bahwa mereka tidak mengerti apa-apa tentang kehidupan.
Pendidikan sejatinya merupakan senjata pamungkas dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Anak-anak kita menaruh harapan besar melalui pendidikan agar mampu memutus rantai kemiskinan dan memperoleh kehidupan yang layak di masa depan. Namun, kita juga tahu bahwa betapa mahalnya ongkos pendidikan di negara berkembang ini, dan sekaligus betapa ironisnya sistem pendidikan yang justru sering gagal mengentaskan kemiskinan.
Ini menjadi cermin besar bagi kita semua, terutama bagi para pendidik. Maka itu, pertanyaan mendasarnya adalah: apakah kita sudah benar-benar merawat mimpi anak-anak kita?
Apakah kita sudah memberikan teladan yang hidup, bukan hanya nasihat kosong?
Apakah kita sudah menyirami mimpi mereka dengan dorongan, semangat, dan motivasi positif agar tumbuh subur?
Anak-anak kita pasti memiliki mimpi.
Ketika masih SD, mereka bermimpi ingin menjadi dokter.
Saat SMP, mereka bercita-cita menjadi polisi.
Ketika beranjak SMA, mereka ingin menjadi tentara.
Namun saat kuliah, cita-cita itu mulai pudar, berganti dengan pikiran pragmatis: “yang penting cepat lulus.”
Dan setelah lulus, mereka kembali pasrah: “yang penting bisa kerja.”
Tragedi ini patut dipertanyakan. Di mana peran guru?
Apakah guru sudah benar-benar memberikan bekal agar peserta didik mampu menggapai cita-citanya?
Apakah guru sudah membukakan jalan bagi anak-anak kita untuk menemukan makna dan arah hidupnya?
Mari kita renungkan bersama.
Untuk membentuk masa depan yang cerah, guru harus mampu menjadi teladan dan menanamkan pembiasaan positif agar peserta didik tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, cerdas, bertanggung jawab, dan konsisten terhadap tujuan hidupnya. Tanyakan dalam hati, bagaimana kabar anak-anak kita, dimana mereka beraktivitas, apakah kita menjadi guru yang selalu di ingat dan di doakan oleh mereka ?
Pembiasaan yang dilakukan secara terus-menerus dan konsisten akan melahirkan kebiasaan, dari kebiasaan akan terbentuk karakter, dan karakter inilah yang akan melahirkan peradaban yang bermartabat.
Maka, wahai para guru, jangan biarkan kelas menjadi ruang yang membungkam mimpi. Jadikanlah ruang belajar sebagai taman tempat tumbuhnya harapan dan cita-cita. Sebab, di tangan kitalah nasib sebuah generasi ditentukan. Bila guru berhenti bermimpi, maka anak-anak pun akan kehilangan arah mimpinya.
Penulis: Ade Aspandi, S.Pd.I., M.Pd
Dosen Universitas Islam Al-Ihya Kuningan
Mahasiswa Doktoral Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon
