KUNINGAN (MASS) – Dewasa ini kita di hadapkan dengan beberapa pemahaman yang keliru tentang bagaimana demokrasi dapat di terapkan sebagaimana mestinya dalam konsep dan sistem yang telah di tetapkan melalui kebijakan negara.
Awal mula demokrasi itu di cetuskan ketika kemerdekaan Indonesia dengan berdirinya republik Indonesia serikat. Lalu di iringi dengan kemunculan fase kediktatoran Soekarno dalam order lama dan Soeharto dalam order baru, hingga proses konsolidasi demokrasi pasca Reformasi 1998 hingga saat ini.
Namun yang terjadi hari ini makna dari demokrasi hilang tanpa arti di tengah hegemoni oligarki, dalam suatu momentum diskusi yang di fasilitasi oleh komunitas Ruang Publik Agora yang di helat pada Sabtu 2 Desember 2023 kemarin, Syahrul Rozi menafsirkan bahwa Sistem demokrasi hari ini telah keliru dalam penerapannya, kenapa demikian?, karena para politikus atau para calon pejabat yang kemudian kita sebut sebagai calon wakil rakyat, yang memiliki kepentingan untuk mencalonkan diri di legislatif atau eksekutif mereka cenderung terpilih atas dasar adanya rekayasa sosial yang di lakukan dengan menggunakan kos politik yang kemudian mendorong masyarakat agar bisa memilih kandidat yang telah di usung oleh salah satu partai politik itu sendiri, apakah itu penerapan makna dari oligarki, bukan demokrasi?
Karena idealnya para calon pejabat hari ini ketika dia akan mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, itu setidaknya di dasari atas dasar prestasi dirinya sendiri untuk kemudian menggiring rakyat untuk memilih calon pejabat itu sendiri, jadi dewasa ini kita tidak akan menemukan berbagai macam skema dan pola kampanye yang mengharuskan calon pejabat itu menggelontorkan dana atau suplai ongkos berlebih untuk menghantarkan dirinya agar terpilih, tentu yang sering kita kenal dengan kos politik dari tiap-tiap calon pejabat yang di diasporakan oleh tiap partai politik tertentu, karena mereka calon pejabat itu sudah membekali diri atas dasar prestasi yang mereka miliki agar kemudian rakyat akan memilih dirinya sendiri tanpa melalui mekanisme oligarki.
Bukan hanya itu, Syahrul rozi juga memberikan stimulus atau saran dan masukan agar dapat di aktualisasikan dalam penerapan pola demokrasi yang ideal, yaitu dewasa ini kita perlu adanya reformasi pemikiran untuk menunjang pemahaman secara fundamental dalam menerapkan pola demokrasi dari tiap lini tanpa terkecuali yaitu di awali dari bagian paling dasar dalam demokrasi, yaitu berupa rakyat itu sendiri, kenapa demikian? karena ketika rakyat sudah memahami makna dari demokrasi mereka tidak akan mudah untuk menerima “amplop” yang seringkali beredar ketika pra pemilu di laksanakan.
Maka dari itu ketika aspek paling fundamental berupa rakyat telah memahami tentang penerapan demokrasi, potensi besar untuk terwujudnya sistem demokrasi yang ideal sesuai pemaparan abraham lincoln tentang demokrasi adalah interpretasi dari pemerintahan yang di inisiasi dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.
Penulis: Muhammad Syahrul Rozi
Mahasiswa Kuningan