KUNINGAN (MASS) – Mahligai pernikahan merupakan dambaan semua pasangan. Kemeriahan resepsi dan ketegangan akad, menjadi satu dan hal lain bumbu pernikahan.
Bumbu-bumbu lain dalam pernikahan selalu ada. Entah dalam proses adat, atau karena hal-hal teknis lainnya.
Seperti yang diceritakan pasangan muda Ali Imron Rosyadi dan Kiki Rizki Septiani SH.
Ali Imron, merupakan warga asal Dusun Cirahayu Desa/Kecamatan Subang, Kuningan. Sedang Kiki, merupakan warga Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Brebes Jawa Tengah.
Karena jarak yang jauh, cerita menarik terjadi saat rombongan pengantin pria harus datang tepat waktu.
Rombongan yang berangkat dari Selatan Kuningan ini, ternyata mulai berangkat jam 12 malam.
“Berangkat jam 12 malem dari Cirahayu. Sampe Luragung itu Subuh, istirahat dulu, terus berangkat lagi, sarapan, nyampe ke lokasi jam 8 pagi,” ujarnya merunut cerita, Kamis (27/8/2020) pagi.
Rombongan sendiri terdiri dari 5 mobil dan belasan motor. Perjalanan panjang dari Dusun Cirahayu Subang ke Darma, lalu ke Luragung saja cukup memakan waktu.
Ditambah perjalanan Luragung ke Malahayu, cukup melelahkan untuk calon pengantin yang harus akad pagi-pagi.
Ali Imron mengaku sejak, berangkat sudah rapih dan mengenakan jas. ‘Keriwehan’ pernikahan dan pemberangkatan yang begitu pagi, membuatnya tak bisa tidur nyenyak sebelumnya. Perjalanan panjang, juga membuatnya banyak berkeringat di jalan.
“Padahal tos kasep lah, pas berangkat teh,” uajrnya dengan nada guyon menceritakan perjalanannya.
Putra dari Kyai Ijo dan Mimin itu, meminang Kiki, putra dari pasangan Ahid dan Umroh, setelah menjalin pengenalan dan hubungan dalam waktu panjang, 8 tahun.
Di Hari bahagianya pada tanggal 16 Agustus itu, Imron mengesahkan Kiki sebagai istrinya, dengan mahar emas putih yang cukup besar.
“Rombongan motor mah nggak bareng, soalnya ada yang bocor juga di jalan,” ceritanya lebih lanjut.
Kemeriahan pernikahan ternyata tidak berhenti saat akad. Karena adanya hiburan dan juga kumpul keluarga hingga larut malam.
Sedangkan di hari berikutnya ada beberapa adat yang dijalankannya. Syukuran malikeun samak dan adat miceun runtah dijalaninya.
Meski Ali mengaku cukup “riweh” dan tidak bisa tidur cukup selama dua sampai tiga malam, dirinya mengaku bersyukur sudah bisa mempersunting perempuan yang didambakan sejak lama.
” Perjuangan yang tidak mudah, ini akan menjadi kenangan indah. Setiap momen selalu berkesan. Bagi saya setiap adat atau budaya memberikan pesan sehingga tetap dilestarikan .(eki)