KUNINGAN (MASS) – Perjalanan Faaris Silva Nurhidayat menuju skuad utama Timnas U-17 Indonesia bukanlah hal mudah. Di balik keberhasilannya menembus 23 nama yang didaftarkan ke AFC, ada kisah perjuangan panjang yang penuh rintangan.
Menurut Dadan Hidayat, ayah Faaris, sang anak awalnya tergabung di tim Persija U-20 dan mengikuti program Elite Pro Academy (EPA). Namun, nasib berkata lain. Di awal program, Faaris mengalami cedera yang cukup serius dan hanya sempat bermain dalam tiga pertandingan.
“Dia main pertama di Sawangan Depok, lalu di Tangerang lawan Dewa United. Dia main untuk Persija U-20 dan U-18, habis itu cedera lagi,” ujarnya.
Ketika program EPA masih berjalan, tiba-tiba Faaris dipanggil untuk pemusatan latihan (TC) pertama Timnas di Bandung. Sayangnya, kondisinya saat itu masih belum pulih. Ia pun dikeluarkan dari TC setelah seminggu.
Namun, tak lama berselang, ada pemanggilan ulang untuk TC di Yogyakarta selama sebulan. Meski masih dalam masa penyembuhan dan baru belajar jogging, Faaris kembali dipanggil.
Latihan di Jogja pun berlangsung berat. Setelah dua hari latihan fisik intensif, Faaris bahkan sempat pingsan karena belum stabil setelah tiga bulan tak bermain. Namun semangatnya tak padam.
“Dia bilang ke saya, Kaka pingsan yah. Saya cuma bisa menyemangati dan bilang sabar, terus tunjukkan kemampuan,” ungkap Dadan.
Dari 37 pemain, Faaris berhasil bertahan. Saat TC lanjut di Bandung, skuad dikurangi menjadi 29 orang. Lalu di Dubai menjadi 25, dan akhirnya 23 pemain yang didaftarkan ke AFC – Faaris termasuk di dalamnya.
Walau belum debut dalam tiga laga AFC, Dadan mengaku sangat bangga.
“Dia berjuang keras meski baru pulih dari cedera. Saya apresiasi perjuangannya bisa masuk timnas U17.
Dadan pun menitipkan pesan untuk sang anak agar tetap rendah hati dan kuat secara mental. (Didin)
